Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pujangga Rapuh Tertiup Angin

6 Februari 2021   18:30 Diperbarui: 6 Februari 2021   18:37 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagai jemuran tali ravia. Panas hujan tertiup angin. Rapuh. Mudah putus. 

Nasib pujangga. Bukan mata pencaharian. Tak dibutuhkan. Tak ada yang bayar. Menebar romantisme. Merekam hidup. Tak bermakna. 

Tanpa tanggapan. Hanya debu debu yang tertiup angin. Lewat tanpa apresiasi. Ada tak dianggap. Pergipun tiada yang mencari. Ada atau tiada, kosong. 

Hadirpun tiada makna. Pergipun tetap tak bermakna. Pujangga rapuh. Tertiup angin. Tiada yang rindu. Tiada yang membutuhkan. Ada atau tiada, sama saja.

Untuk apa menulis. Jadi pujangga bego. Tapi inilah aku. Yang tetap berkarya. Tetap mengisi relung hampa. Agar terisi. Oleh debu debu. Yang tertiup. Walau itu tak punya arti.

Nasib pujangga gratisan. Tak menghibur siapapun. Hanya sedikit apresiasi. Tak dikenal. Menebar sampah sampah sastra. Memenuhi jagad Maya. Tak ada yang baca karyanya. Curhat bisu, dibaca sendiri.

Aku ada, untuk berkarya. Aku ada, tak menuntut untuk dibaca. Disyukuri tanpa protes. Dinikmati saja. Tetap berkarya, walau tak bermakna. 

Malang, 6 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun