Seketika ingatanku mencari memori wajah-wajah wanita yang mempunyai kemungkinan sebagai pujaan hatimu.
"Apakah dia menyintaimu juga?" tanyaku sembari mengaduk-aduk ingatanku sungguh-sungguh.
Tak ketemu juga sang tertuduh.
Tak bisa kubayangkan bagaimana paras mukaku.
"Tentunya..." katamu tersenyum lebar
"Tapi siapa dia?" aku sudah tak bisa bertahan untuk tak bertanya tentang sosok wanita itu.
Dengan perasaan yang tercampur aduk, kusiapkan diriku untuk mendengar pengakuamu.
"Dia adalah dirimu. Wanita yang selalu membuatku jatuh cinta dan tak bisa kulupakan sampai kapanpun juga. Dia yang telah menemaniku dalam suka dan duka dan selalu sabar, tak sedikitpun pernah mengeluh." katamu sambil menarik tubuhku dalam pelukanmu.
Lemaslah tubuhku direngkuhanmu dengan kelegaan yang penuh.
Tak sanggup ku berkata-kata, pun ketika kamu lanjutkan ucapanmu, "Kali ini kasihku, isteriku yang tercinta, kumohon padamu untuk menjadi sumber inspirasiku menulis sebuah novel, yang mengungkapkan semua sisi cinta kita. Sekaligus sebagai penebus semua kesalahan dan kelemahanku yang tak pernah bisa bersikap lembut kepadamu selama ini."
Kau peluk aku lebih erat, "Tapi yakinlah, kuhargai setiap upayamu menemaniku selama ini, setiap derajat kesabaranmu, dan tak ada wanita lain yang bisa menggeser dirimu di lubuk hatiku. Terima kasih atas semua cintamu padaku selama ini."