"Apa yang membuatmu memilihnya? " tanyaku penasaran
"Aku tidak memilihnya. Tuhan yang memilihkannya untukku"
"Bagaimana Raina tahu itu adalah kehendak Tuhan"
"Aku sempat bertanya pada calon suamiku bagaimana bisa dirinya memilih aku, wanita yang tidak cantik, dan bukan pula dari keturunan bangsawan seperti dirinya. Dia hanya menjawab bahwa dari awal bertemu dirinya sudah yakin aku akan menjadi istrinya"
"Lalu kamu kan tidak cin... "
"Aku juga merasakan hal yang sama. Saat pertama kali bertemu dengannya aku sudah yakin dirinya yang akan menjadi suamiku" Raina memotong ucapanku, "Aku istikharah meminta petunjuk Tuhan, dan semuanya tetap sama, Tuhan menghendaki pernikahan ini, semua persiapan pernikahan yang dilakukan semuanya sempurna, padahal hanya terhitung dua bulan sejak aku bertemu dengannya"
"Nah, kalah begitu mengapa dirimu sedih? "
"Karena aku tidak mencintainya, apa aku bisa bahagia? "
"Selama lelaki itu mencintaimu, dirinya akan melakukan apapun untukmu, sama sepertiku"
Raina menundukkan kepala, "Maafkan aku Mas Anwar... "
"Ya, kalau belum jodoh mau bagaimana lagi" ucapku lalu kuiringi dengan tawa kecil. Menertawai diri sendiri dan kebodohanku, "Aku akan selalu mendoakan untuk kebahagiaanmu Raina"