Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepucuk Surat Cinta

15 Januari 2021   22:53 Diperbarui: 15 Januari 2021   23:14 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi langit. (Foto: stux/Pixabay)

Langit, sampaikan kepada dia

Satu bait dari lubuk yang dalam

yang tidak ditulis dari tinta hitam

dari darahku ke nadi yang mengalirkan hidupnya

Di malam yang indah, yang menaburkan bintang


Dari cahaya purnama

Ketika semua daun yang mati-mati layu

memimpikan dia membalasnya

Pesan, tetesan embun, terbitnya matahari

burung berkicau

Aku duduk merasakan badan menggigil 

Sampai di manakah dia?

Aku hendak menyelam ke dalam palung

dengan dayung mendaki pulau kecil di seberang

langit biru yang membedakan sukacita

tanganku sudah mengoyak lautan

Aku membawa cinta yang besar

dari seratus tahun, dua tahun, dan selama-lamanya cintaku bersemayam di mana-mana

yang membuat tertawa seperti orang mabuk 

Siapa yang mengantar pesanku kepada dia?

aku masuk ke pedesaan, dengan perasaan cemas

tempat dia tinggal dengan bunga-bunga

seperti pencuri yang meminta pekerjaan 

Di sebelah dia, berdiri di belakang, lelaki berjanggut

memeluknya, suara mesra di sebelah telinganya

Oh! Siapakah dia?

Cinta, menertawakan diriku, diputar panas matahari

duri mawar yang menusuk

untukmu kekasihku, dari dua mata ini

orang lain telah mencintaimu, membuatmu berdenyut

Aku berbicara kepada langit

Aku berbicara kepada purnama!

pucuk surat cintaku tiba terlambat

Mereka tertidur mengantarkannya

Mereka tidak mau bertanggungjawab

Di mana-mana, tidak ada apapun

Kekasihku, akhirnya dengan dia

yang berdampingan dengan dia meneguk anggur

yang berbicara dengan dia sepanjang malam

lalu memeluknya sepanjang hayat hidupnya

Matahari membakar daun-daun

Hujan besar akan menyumpahi diriku

Aku bertanya kepada dia

Surat cintaku, yang bernada lembut merah muda

yang aku tahu sebagai perasaanku

Kata dia: seribu tahun terlalu lama

tanpa mendengar ucapan dariku

dia tidak pernah menemukan batang leherku  

di Facebook, Twitter dan Instagram

tidak ada di mana-mana

Di malam hari, purnama kedua sejak surat itu

kekasihku, kita akan terbentang jauh selama-lamanya

karena lelaki perokok menyatakan cintanya kepada dirimu melalui WhatsApp

sejak satu tahun lalu, kalian lebih lama menghabiskan kemesraan sepanjang hari,

ketimbang menunggu diriku yang duduk di bawah gerimis besar

dari balik kotak wartel, di depan kantor pos

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun