Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Imlek dan Selembar Kenangan Merah Darah

21 Februari 2021   08:38 Diperbarui: 21 Februari 2021   08:47 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Imlek dan Selembar Kenangan Merah Darah. (Effendy Wongso)

Gadis itu terkesiap. Seperti menyadari kesalahannya, ia menyembulkan senyum paksa. Revo menghela napas. Menanggapi kepura-puraan mimik riang Airin dengan rupa tidak senang.

"Maaf...."

"Kamu ini keras kepala...."

"Ya, Tuhan!" Airin menepuk dahinya, pura-pura melirik ke setumpuk pita merah yang masih tergeletak di dalam kardus. Mencoba menggusur topik masalah. "Sori, sori ya, Vo. Wah, aku terlalu banyak melamun sehingga pekerjaan kita terbengkalai."

Revo menggeleng. "Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Maksudmu?"

Revo mengusap wajahnya. "Rin, sampai kapan sih kamu dapat melupakan tragedi yang menimpa keluargamu?!"

Wajah Airin memucat. "Ak-aku...."

"Aku tahu tragedi itu sangat berat. Tapi, kami tidak suka melihat kamu terus-menerus sensi begitu."

'Kami' yang dimaksud Revo adalah ia, Papa dan Mamanya. Papa dan Mamanya sendiri sudah menganggap Airin keponakan mereka sebagai putri sendiri. Sejak kecelakaan mobil yang merenggut nyawa kedua orangtua serta adik perempuan Airin, gadis yatim-piatu itu memang sudah diangkat sebagai anak oleh orangtua Revo.

"Ta-tapi...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun