Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Paijo Beli Kuntilanak Cantik

25 November 2018   13:29 Diperbarui: 25 November 2018   14:00 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampret yang biasa bergelantungan di atas pohon, dengan kepala berada di bawah dan kaki di atas memegang ranting pohon, kini punya sahabat baru. Yaitu, Kuntilanak.  Kampret yang biasa bergelantung di pohon besar  di tepi hutan, mulai gemar tidur di pohon nangka. Itu fenomena baru. Mungkin di pohon itu hidup lebih nyaman dan tenang.

Bagi kampret, tidur di atas pohon nangka selain dapat menikmati buahnya yang harum, juga bisa bersaing dengan para Codot. Codot adalah satu ras dengan kampret sebagai binatang malam dan gemar makan buah seperti nangka matang.

Kampret dan Codot punya kegemaran yang sama. Hanya saja kedua mahluk ini tak mau berkoalisi secara utuh. Prinsip Codot, siapa yang dapat makan lebih awal, ya disantap. Tak perlu ada kesepakatan meski sama-sama menghuni di pohon yang sama. Sikap kampret juga demikian, sekalipun ada upaya ajakan berkoalisi pasti akan ditolaknya.

Keduanya tetap sebagai pesaing walau berada di pohon yang sama.

Hanya saja kelebihan Kampret adalah bisa bersahabat dengan Kuntilakan, mahluk setan yang juga gemar menghuni pohon nangka. Belakangan ini Kampret seolah tengah membangun koalisi dengan Kuntilanak, yaitu menakut-nakuti para warga yang sering pulang malam hari seusai rapat-rapat pembahasan agenda partai politik dalam menghadapi Pileg dan Pilpres.

Codot mulai gentar. Takut ditabok Kuntilanak. Akhirnya mau berkoalisi untuk satu syarat, tidak diganggu kala mencari makan. Untuk kerja sama satu tujuan, kesepakatannya abu-abu. Artinya, kesepatakan bisa berubah sewaktu-waktu.

**

Paijo adakah satu-satunya tokoh partai dari Kampung Batulayang. Kampung yang banyak ditanami pohon nangka. Ia adalah seorang pemimpin partai politik Angin Ribut. Ia banyak memiliki sahabat yang bermukim di pinggir kota Hantu. Mulai tokoh militan partai Beringin Putih hingga Partai Pandai Buka Brankas.

Orang ini sering berjalan bersama berjalan-jalan ke pemukiman. Terutama bagi anggota satu koalisi. Latar belakangnya pun sama, sama-sama gemar mencekik botol minuman keras. Di saku orang ini sering tersimpan minuman keras botol ukuran saku. Persis seperti koboy membawa botol minuman keras kala bepergian naik kuda.

**

Kampung Batulayang geger.  Warga ribut. Pasalnya Paijo memborong buah nangka di kampung tersebut. Nangka sebelum matang dan masih berada di pohon dihitung dan kemudian dibayar. Warga pun makin senang dan berharap hajat beli buah nangka tidak sekali itu saja.

Sebagai tanda bukti nangka sudah dibayar, Paijo menancapkan paku khusus -- tidak bisa dicontoh -- ke batang pohon nangka. Dengan cara itu, warga tidak bisa berbohong karena buahnya sudah dibayar.

Orang-orang separtai banyak bertanya, apa alasan Paijo memborong buah nangka. Bahkan masih ada di pohon sudah dibeli.

Usut punya usut, ditemui jawabannya bahwa ia meyakini mengonsumsi buah nangka mendatangkan hoki. Terlebih buah nangka geroak, berlubang sisa makanan Kampret dan Codot. Dipercaya dapat mendatangkan keuntungan dalam berbisnis. Bahkan diyakini suara pemilih kepadanya akan meningkat.

Paijo meyakini itu lantaran, ketika sedang mabuk,  diam-diam sudah mengikat janji dengan para Kuntilanak. Kini Kuntilanak adalah bagian dari koalisi yang tak nampak. Hanya saja Kuntilanaknya berwajah buruk. Jika Kuntilanak tidak disertai kegiatan partai, koalisi tak akan solid. Kuntilanak jadi cerewet minta bagian. Terutama yang berwajah beringas.

Lagi pula warga pemilik pohon nangka akan merasa senang. Itu adalah bagian strategi pemenangan yang disarankan Kuntilanak. Menancapkan pohon dengan paku dulu dianggap sebagai pengusir Kuntilanak, tetapi sekarang tidak lagi. Sudah modern. Kuntilanak mengerti penggunaan smartphone, karena sudah menyesuaikan dengan era digital.

Soliditas koalisi Paijo, Kuntilanak, Codot dibawah kepemimpinan Kampret makin solid. Ganderuwo dan Kantong Wewek yang biasanya gentangan malam hari menolak masuk koalisinya. Alasannya, sudah membentuk lebih awal bersama para Kecebong. 

Koalisi tanpa melibatkan mahkluk halus diyakini tidak akan mampu memuaskan syahwat polirik. Sekarang semakin tidak jelas siapa yang berada pada posisi partai neraka dan surga. Lupakan itu, pikir Paijo dalam suatu kesempatan.

Mahluk halus sekarang tengah dibutuhkan. Apakah menghuni di kolong jembatan atau pun gedung pencakar langit. Paling tidak untuk operasi fajar butuh. Operasi ini dikenal juga sebagai ada suara tapi tak nampak rupa. Lagi-lagi Itu dianggap penting dari bagian strategi pemenangan.

Paranormal dan dukun  sekarang banyak mengundang mahluk halus untuk melihat prospek para kader, dan meminta bantuannya untuk memberi arahan, apa yang bisa meyakinkan pemilih melalui bisikan mahluk halus. Dukun dan paranormal dimina melakukan penerawangan.

Para kader yang masuk koalisi ini menyadari bahwa harga mahluk halus sekarang tambah mahal, seperti seekor tuyul yang pandai mencopet duit. Harap maklum, paranormal dan dukun sekarang tengah kebanjiran order. Juga banyak diundang para kader dari berbagai partai. Perhelatan rapat malam makin banyak. Dukun pun ikut kecipratan uang melimpah.

Paijo makin paham. Maka, jangan heran, untuk meraih suara terbanyak beragam cara ditempuh. Jika di kubu sebelah sudah berkoalisi dengani Genderuwo, maka Paijo lebih suka berkualisi dengan Kuntilanak. Agar daya pikatnya makin menguat, maka membeli Kuntilanak Cantik dirasakan mendesak. Itu semata dimaksudkan untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya.

Paijo pun sadar, kalaupun nanti rasa 'stess' mendera dirinya lantaran gagal, ujungnya berakhir ke rumah sakit jiwa. Tak perlu takut. Bukankah sekarang sudah ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)  Kesehatan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun