Mohon tunggu...
Bang Pray
Bang Pray Mohon Tunggu... Freelancer - Educator, Microsoft Inovative Educator, Writer

Pengajar dan pendidik yang menginginkan perubahan pendidikan yang lebih baik, sebagaimana konsep pendidikan Islam dalam waktu yang singkat menghasilkan orang-orang yang hebat. Tertarik pada teknolgi informasi, aplikasi android, teknologi pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hening Rindu di Darussalam

15 Januari 2024   08:59 Diperbarui: 15 Januari 2024   09:09 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Darussalam yang penuh makna,

Rindu menghentak seperti deru ombak pantai.

Hening merajai keheningan, dalam-waktu dipadati rindu,

Merindu cinta, merindu kasih, merindu kehadiranmu.

Pondok penuh kenangan, memori indah yang tak terhitung,

Dalam hening ini, kita berjumpa tanpa batas.

Sinar rembulan memancar membelah malam,

Menjelma jadi lembaran harap dalam suara rindu.

Hening itu, kita hadir saling rindu,

Jerit kekosongan, mencari kehangatan dalam sepi.

Guratan kenangan terperangkap dalam detak jantung,

Seperti puisi tercipta, di antara noktah dan huruf jemari.

Hening itu, kita berdoa, merindukan Ta'lim dan Tadarus,

Darussalam menjadi saksi sejati,

Mengarung Jalan Menara cinta ilmu,

Yang membimbing hati menjadi gemilang dan riang.

Hening itu, cahaya membentang di antara buku,

Namun tiap halaman mencerminkan rindu,

Rindu memenuhi jalan-jalan berdampingan,

Kawan bersimpuh dalam jeritan jiwa yang tak terdiam.

Darussalam, terhanyut dalam hening nan samudera,

Menghimpun rindu-rindu tak terbilang,

Namun kita bertahan, dalam kemesraan,

Hening ini pun berbisik, menyampaikan rindu.

Di Darussalam, takdir berkata,

Rindu menjerat kita, dalam hening yang abadi.

Tak bersua sejauh malam, tapi cinta ini tetap hadir,

Menggelitik doa-doa yang tak pernah pudar.

Hening rindu di Darussalam,

Menjadi tanda tanya di setiap detik yang berlalu.

Namun dalam hening ini, kita saling merindu,

Merangkai impian dan harapan, seiring beranjak dewasa.          

  • Keharuan Malam di Kampung Damaiku

Di malam sunyi di Gontor yang setia,

Keharuan tersirat di dalam tiada terhingga.

Sepi berdamping dengan gemuruh hati,

Menyingkap luka dan air mata yang mengalir.

Kaki-kaki lelah menelusuri lorong-lorong sunyi,

Menapaki perjuangan para santri di sini.

Mereka rebah dalam coretan suci di lembaran kitab,

Mendalami ilmu pengetahuan dengan tekad yang teguh.

Dalam setiap sudut, nyala lampu temaram bersemi,

Menerangi langkah-langkah yang hening melintas.

Ruh-ruh bermakna merajut ketaatan,

Bergandengan erat dengan agama yang dijunjung tinggi.

Setiap dahan pohon menjadi saksi bisu,

Sajak-sajak cinta yang terhanyut dalam malam.

Zikir-zikir memenuhi udara yang terpaut,

Mengalun syahdu, menciptakan kedamaian.

Keharuan malam yang menghampiri hati,

Menyentuh jiwa dengan keindahan yang tak terperi.

Gemintang malam bergelayut di langit biru,

Menerangi jalan tuk insan yang mencari makna.

Di tempat ini, ilmu dan iman bersimpul,

Mengukir jejak peradaban di tengah gelap dunia.

Pesona Gontor yang setia tak kan pernah pudar,

Terabadikan dalam sejarah tak terlupakan.

Malam kian larut, keharuan semakin terasa,

Menyapu rasa lelah dan keraguan dalam jiwa.

Gontor, engkau keabadian dalam hati kami,

Kami santri tetap setia, sampai akhir nanti.       

  • Pesona Pondokku

Di bumi Gontor penuh pesona

Di pondok modern, ternikmatlah zona

Dalam hamparan hijau penuh kedamaian

Berkumpul pemuda-pemudi berlomba meraih kesuksesan

Gontor, simbol pendidikan yang bercahaya

Menyulam harapan dengan cinta dan doa

Di sana, jiwa terpanggil untuk berjuang

Menggapai mimpi, tanpa pernah menyerah

Pesona Gontor terpancar dari seluruh penjuru

Keindahan alam, hamparan pegunungan menghijau

Sinar mentari yang terbit di ufuk timur

Menyapa pagi dengan senyum yang manis rasa kebahagiaan yang tiada tara

Gontor, pondok modern yang menjadi pilar

Mendidik generasi penerus bangsa dengan sifat yang ikhlas dan jujur

Para santri saling menahan diri dalam sabar

Memupuk nilai-nilai luhur demi masa depan yang lebih cerah

Semerbak aroma ilmu yang kian hari semakin terasa

Dosen-dosen penuh arif, menjadi pendamping bijak dalam perjalanan hidup para santri

Mulai dari Fiqih, Ushul Fiqih, bahasa Arab, dan ilmu pengetahuan umum

Dipelajari dengan tekun, tuntas, tiada henti sampai menjelang senja kelam

Wahai Pondok Modern Gontor yang mempesona

Engkau tetap abadi dan tiada tergantikan

Di hati setiap santri, indah dan tak pernah pudar

Cinta yang terus bersinar karena jasa tidak terkira

Di malam hari, langit Gontor berkilauan bintang-bintang

Menyemai harapan dan cita-cita yang begitu tinggi

Santri-santri berkumpul, berdoa dan bermunajat

Mengharapkan ridho dan keberkahan-Nya bagai samudra yang tak pernah surut

Wahai Pondok Modern Gontor yang ku sayangi

Engkau penuh pesona yang tak terhingga

Ingin ku ucapkan terima kasih sebesar-besarnya

Atas segala ilmu, kasih sayang, dan keikhlasan yang kau berikan selama ini         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun