Barangkali ada sebuah senyuman yang mampu menelan bulat - bulat senja
melihat rona jingga kemerahan aku teringat senyuman mantan calon kekasihku
Giginya yang gingsul melepaskan cahaya dari pantulan matahari yang beranjak ke  peraduan
Rona wajahnya tampak kemerahan ketika kucoba merayunya dengan gagap dan kaki nan gemetar
Selanjutnya aku menelan senyumnya dalam sisa senja yang tinggal menyisakan siluet
pada sosok senyum yang susah dihilangkan dari kalbu. Mengapa setiap kali mengingat senyummu
seperti melihat kemilau senja. Bayang senyuman merona selalu muncul dari wajah matahari kemerahan
matahari malu - malu menyelusup di balik awan kelabu dan pantulan keemasan.
Mengapa banyak mengaitkan senja dengan kisah cinta dan romantisme?
aku tidak bisa menjawab, biarlah aku menikmati senyuman yang tidak sempat kumiliki
bagaimanapun senja selalu menyisakan pilu, karena apa yang terlihat dan tersaji dalam wujud senyumanmu
selalu menyisakan nestapa. Senyummu hanya menyisakan sejumlah khayalan, sekuntum mawar mewangi yang akhirnya membusuk.
Bila nanti masih sempat ketemu senja aku ingin menyingkirkan senyuman itu, meskipun pesimis bahwa senyuman akan menepi tetapi aku merasa bahwa berkat senyummu itu aku selalu memelihara ingatan
Pada senja. Sebab senja selalu menyimpan senyuman yang abadi meskipun sekali lagi tidak sempat kumiliki.
Kini saat aku telah memiliki pujaan hati, aku ingin menelan senja dan tidak ingin melihat kekasihku melihat aku tersenyum  senyum sendiri.
Aku tidak ingin terpukau oleh seulas senyum yang menyatu dengan matahari kemerah-merahan yang pasti akan menyelusup dan hilang dalam
kumpulan awan kelabu kehitaman. Aku tidak ingin tersihir oleh sebuah senyum yang susah lenyap dalam bayangan senja.
Jonggol, 20 April 2021