Mohon tunggu...
Dwi Astono
Dwi Astono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

CGP "Coach" Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

15 November 2022   08:48 Diperbarui: 15 November 2022   09:09 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Equalizer - Carol Ann Tomlinson (2001)

Program Pendidikan Guru Penggerak dijalankan dalam rangka menyiapkan kader-kader pemimpin pendidikan Indonesia di masa yang akan datang. Peserta pendidikan Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong tumbuh kembangnya murid sesuai dengan segala potensi dan kekuatan kodratnya secara holistik. Mereka juga harus aktif dan proaktif dalam mengembangkan dirinya dan juga para guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid. Selain itu, Guru Penggerak juga harus mampu menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan demi terwujudnya profil Pelajar Pancasila.

Untuk mendukung tercapainya tujuan mulia tersebut, dibutuhkan kesadaran semua pihak khususnya para Calon Guru Penggerak untuk mengembangkan kompetensinya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang berpusat pada murid, dalam berkolaborasi dengan guru lain (pihak lain), juga mampu bersikap reflektif, mandiri dan inovatif. Calon Guru Penggerak juga harus menjalankan perannya dalam mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi ‘coach’ bagi guru lain, pendorong kolaborasi, serta dapat menggerakkan komunitas praktisi.

Harus kita sadari bersama bahwa faktanya murid kita memiliki karakteristik yang sangat beragam. Mereka berangkat dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda. Untuk itu, mereka perlu dilayani dengan cara yang tepat agar tidak terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh Guru untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Berangkat dari pemikiran tersebut, guru perlu melatih kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Melalui pembelajaran yang dapat mengakomodir semua kebutuhan murid, harapannya kekuatan-kekuatan kodrat murid dapat dituntun sesuai alam dan zamannya, sehingga mereka dapat mencapai keselatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dalam modul ajar Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 dijelaskan bahwa Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya guru dalam menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Namun demikian, bukan berarti jika dalam satu kelas terdapat 42 murid guru harus menyelenggarakan pembelajaran dengan 42 cara. Bukan pula berarti guru harus memperbanyak soal untuk mememenuhi kebutuhan murid yang perkembangannya begitu cepat dan bukan pula berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang dan lain sebagainya. Kita tahu bahwa Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Pembelajaran berdiferensiasi diyakini sebagai keputusan-keputusan logis yang diambil oleh guru terkait  tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, cara guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar, Manajemen kelas yang efektif dan  Penilaian berkelanjutan. Untuk mewujudkan keyakinan tersebut semua guru perlu memahami dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Agar semua guru memiliki pemahaman dan pengalaman yang cukup, peran Calon Guru Penggerak juga dibutuhkan. Para CGP harus menjadi ‘coach’ bagi guru lain. Ini penting dilakukan mengingat kebutuhan murid berbeda-beda sedangkan guru harus memahaminya satu persatu, sedangkan kemampuan guru dalam memahami kebutuhan tersebut juga berbeda-beda.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid dan Profil belajar murid. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Menurutnya, merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu.

Saat Guru mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Kesimpulannya, bahwa Guru dalam merancang pembelajaran harus mempertimbangkan tingkat kesiapan belajar murid agar dapat membawa murid keluar dari zona nyaman dan memberikan tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka agar murid dapat menguasai materi atau keterampilan baru yang diajarkan oleh guru.

Aspek kedua dalam mengkategorikan kebutuhan murid menurut Tomlinson (2001) adalah minat murid. Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Dalam modul Pendidikan Guru Penggerak dituliskan bahwa Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan 1) menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb), 2) menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, 3) mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid, 4) menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning). entingnya guru menciptakan situasi, konteks, kesempatan-kesempatan belajar dan mengkomunikasikan manfaat mengenai pembelajaran yang menarik kepada para murid adalah untuk meningkatkan minat belajar murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun