Mohon tunggu...
APRISAL
APRISAL Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah tantangan tersendiri yang penuh dengan imajinasi dan fakta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berdiferensiasi

14 Mei 2024   09:44 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil 

(Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/)

 Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI --- dan apa itu yang bukan DI. 

Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda. 

1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. 

Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid.

 2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. 

Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas. 

3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. 

Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya. 

4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun