Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Silentist..

Kontak WA 0821 1450 1965

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Indahnya Kematian

16 September 2025   03:48 Diperbarui: 16 September 2025   03:48 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image : freepik.com

Di dasar sungai, terlihat air mata---ratusan, ribuan, bahkan jutaan tetes---semuanya berasal dari manusia yang pernah menangis dalam hidup.

"Ini... air mataku?" tanya Raka.

"Ya, setiap tetesmu tersimpan di sini. Bukan untuk membuatmu menyesal, tapi untuk menenangkanmu. Lihatlah, air mata bukan sia-sia. Ia menjadi sungai yang indah."

Raka menceburkan diri. Air sungai itu sejuk, seolah membasuh semua kepenatan hidupnya. Ia berenang, tertawa, dan untuk pertama kalinya merasa benar-benar bebas.

7. Pintu Cahaya

Setelah puas menjelajahi taman, perempuan itu menunjuk ke arah sebuah pintu raksasa dari cahaya. Cahaya itu bukan menyilaukan, melainkan mengundang.

"Di balik pintu itu, ada taman lain. Kau akan bertemu dengan jiwa-jiwa yang kau rindukan lebih dalam. Kau akan mengerti arti pulang."

Raka menatap pintu itu, hatinya bergetar. Ada rasa takut, tapi juga rindu yang tak tertahankan.

Sebelum melangkah, ia menoleh sekali lagi. Taman dengan bunga-bunga kenangan, pohon berbisik, dan sungai air mata itu ingin ia ingat selamanya.

"Terima kasih," katanya pada perempuan itu.

Perempuan itu tersenyum. "Aku hanya penunjuk jalan. Selanjutnya, kau yang berjalan sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun