Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Silentist..

Kontak WA 0821 1450 1965

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Indahnya Kematian

16 September 2025   03:48 Diperbarui: 16 September 2025   03:48 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image : freepik.com

Raka berjongkok, menyentuh bunga yang menampilkan wajah cinta pertamanya---seorang gadis bernama Dini, yang dulu ia cintai diam-diam tapi tak pernah ia ungkapkan. Senyumnya abadi di kelopak itu.

"Kenapa semua ini ditunjukkan padaku?" bisik Raka.

"Karena kematian bukan penghapus, melainkan pengingat," jawab perempuan itu. "Semua yang kau kira hilang, sebenarnya menunggumu di taman terakhir."

4. Pertemuan dengan yang Dirindukan

Di kejauhan, Raka melihat sosok berjalan mendekat. Tubuhnya tegap, matanya hangat. Itu ayahnya, yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu.

"Raka..." suara ayahnya bergetar, namun penuh kebahagiaan.

Raka berlari, memeluknya. Pelukan itu nyata, hangat, dan membuat air mata jatuh tanpa bisa dicegah.

"Ayah... aku merindukanmu," katanya tersedu.

"Aku pun begitu, Nak," jawab ayahnya. "Tapi jangan takut. Kita akan punya waktu yang tak terbatas di sini."

Tak lama, muncul pula sosok lain. Neneknya, yang dulu sering menidurkannya dengan dongeng, kini tersenyum sambil merentangkan tangan. Raka berlari lagi, memeluk neneknya.

Perlahan, orang-orang yang pernah ia kenal---tetangga, teman lama, bahkan gurunya yang sudah tiada---muncul satu per satu. Semua menyambutnya, tanpa dendam, tanpa luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun