Kedua, Penggunaan Kotoran Ternak yang Sudah Matang.
Selain fermentasi, penting untuk memastikan bahwa kotoran ternak yang digunakan sudah cukup matang. Kotoran yang masih segar atau setengah matang memiliki kandungan air yang tinggi, yang dapat menyebabkan dekomposisi berlebih dan mempengaruhi pH tanah.
Kotoran ternak yang belum matang juga dapat menyebabkan masalah seperti penurunan kandungan oksigen dalam tanah yang menghambat pernapasan akar tanaman.
Menurut data dari University of California Agriculture and Natural Resources, kotoran ternak yang matang memiliki kandungan unsur hara yang lebih stabil dan lebih mudah diserap oleh tanaman, serta lebih rendah risikonya terhadap peningkatan asam pada tanah.
Oleh karena itu, pastikan untuk menggunakan kotoran ternak yang telah melalui proses komposting dan sudah cukup matang untuk diterapkan pada tanaman.
Ketiga, Penerapan Pupuk Secara Tepat dan Terukur.
Menggunakan pupuk kotoran ternak secara berlebihan dapat merusak tanaman dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Kelebihan unsur hara, terutama nitrogen, dapat menyebabkan pembakaran akar tanaman dan menurunkan kualitas tanah.Â
Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pupuk dengan dosis yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh International Plant Nutrition Institute (IPNI), dosis yang tepat untuk pupuk kotoran ternak bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan kondisi tanah.
Sebagai acuan umum, petani disarankan untuk mengaplikasikan pupuk kotoran ternak dengan dosis sekitar 10--20 ton per hektar per tahun untuk tanaman seperti padi atau jagung.Â
Namun, dosis ini bisa berbeda tergantung pada jenis kotoran ternak (sapi, kambing, ayam) dan kandungan unsur hara yang ada dalam kotoran tersebut.