Novi menjalani rutinitas dengan sangat antusias. Keikhlasan menerima takdir Tuhan dikemas dalam wujud binar kebahagiaan, mulai terpancar dari wajahnya.
Bingkai memelas yang beberapa waktu yang lalu sering muncul, kini hampir tidak pernah datang lagi. Tinggalah penantian keajaiban Tuhan yang akan datang menemui langkah berikutnya.
Hari Senin sampai Jumat melakukan aktifitas di kantor. Hari Sabtu memberikan waktu sepenuhnya untuk Yusuf, sambil membuka materi untuk persiapan mengajar esok hari. Hal inilah yang dia nanti untuk dinikmati prosesnya.
Ada kelebihan menjadi seorang guru. Kenapa? Mau tidak mau akhirnya akan belajar teori. Mengulang, dan mengingat kembali teori yang pernah dipelajari dulu ketika zaman kuliah. Dia sangat paham resiko menjadi guru, harus menguasai teori sebelum masuk kelas.
Novi merasa mendapatkan kelebihan yang lain, saat memilih pelajaran Bahasa indonesia, secara tidak langsung menjadi belajar teori tentang literasi. Meskipun saat ini baru sebatas pembaca setia di group literasi.
Masih ada harapan kelak di kemudian hari, di sela-sela jadwal kesehariannya yang padat, mungkin bisa belajar berkarya seperti para author yang lain.
**
Kadang-kadang Yusuf diantar ke rumah kembarannya Nova. Tapi kadang dibawanya ke tempat mengajar. Anak yang comel ini, sangat memberikan kekuatan yang dahsyat untuk meneruskan hidupnya.
"Kak, nitip Yusuf Ya. Kalau dia nakal, ditegur saja. Jangan dimanjakan. Nanti kebiasaan."
"Iya, tapi aku gak mau membentak. Dosa nanti aku, membentak anak yatim."
"Kak, Nova?"