Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gerhana, Kita, dan Makna

8 September 2025   13:37 Diperbarui: 8 September 2025   13:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan purnama sebelum gerhana. Potret sarat makna ini mengingatkan kita, sinar tak pernah sirna. (Idhe Achmad/Dokumen pribadi)

Bulan biasa saja malam ini ... hingga langit mengubah wajahnya.


Lunar Eclipse by Robert Jay GaBany/Wikimedia Commons
Lunar Eclipse by Robert Jay GaBany/Wikimedia Commons

Langit memesonaku semalam.
Ia jadi panggung kehampaan.
Bulan, yang biasanya penuh sinar,
bayangan bumi menelan perlahan.

Sejenak ia menghilang,
lalu kembali bersinar gemilang.
Seolah alam mengingatkan
tidak ada sinar yang benar-benar sirna.

Aku berdiri menengadah,
Dalam sunyi aku terdiam,
menyaksikan drama indah
tanpa suara.

Terima kasih, bulan
maknamu aku terima.
Hidup memang serupa
dengan gerhana nyata.

Ada saat cahaya tertutup masalah,
atau lelah yang tak berkesudahan.
Namun, tanpa terang,
bukan berarti kehilangan makna.

Gelap bukan akhir segalanya,
hanya bagian dari perjalanan.
Dalam gelap kita belajar tempa jiwa,
dalam terang kita sebarkan cinta.

Hidup adalah langit semalam
terus berubah, terus berputar.
Cukup menerima,
bergerak ikut irama kehidupan.

Seperti bulan kembali bersinar,
kita pun selalu bisa,
menemukan cahaya penerang,
dalam setiap perjalanan.

CATATAN:

Gerhana malam itu terlalu memukau untuk kuabadikan sendiri. Beruntung seorang sahabat sempat menangkap pesona bulan purnama dari sudut lensa sarat rasa, sementara foto dari Wikimedia melengkapi dengan keindahan gerhana total yang sempurna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun