Mohon tunggu...
Dino Lesmana Hadi
Dino Lesmana Hadi Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 39 Jakarta

Di atas sana, di ladang awan Senyummu membelai matahari yang malu Angin berbisik memperdengarkan Bahwa senyummu meruntuhkan langit yang biru.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Keabadian Edelweis dalam Balutan Deforestasi

18 Maret 2024   09:48 Diperbarui: 8 April 2024   21:20 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edelweis, Sumber Gambar: Dino Lesmana Hadi

Mencintaimu adalah derita.

Berhenti mencintaimu adalah siksa.

Tidak bisa kembali ke masa lalu untuk menghindari pertemuan pertama kita.

Tidak pula bisa kupercepat berjalannya waktu, agar tak perlu kurasakan perihnya tak bersama.

Memaksakan hasrat adalah mustahil.

Tak memiliki daya melawan realita.

Mencari pengganti pun adalah mustahil, membohongi hati adalah konyol dan sia-sia.

Lalu harus bagaimana?

Aku terjebak dalam simalakama.

Itu sepenggal kata yang ada di buku Lament bab Shame & Rejection, dan aku menggambarkannya sebagai sebuah cinta sejati, dan perlambang Cinta Sejati adalah Bunga Edelweis, Bunga Keabadian dan Cinta Sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun