Mohon tunggu...
Mirza isnaini Ramadhini
Mirza isnaini Ramadhini Mohon Tunggu... UINSA

Saya, Mirza Isnaini Ramadhini, merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Saya lahir pada tanggal 8 November 2004. Ketertarikan saya terfokus pada bidang pendidikan anak usia dini, terutama dalam hal pengembangan karakter Islami, penerapan metode pembelajaran yang inovatif, serta integrasi nilai-nilai keislaman dalam proses pendidikan. Sebagai bagian dari pengembangan akademik, saya aktif mengikuti berbagai kegiatan ilmiah dan organisasi kemahasiswaan guna mendukung peningkatan kompetensi diri dalam bidang pendidikan. Melalui tulisan dan karya ilmiah, saya berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan anak usia dini yang holistik dan berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Strategi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dengan ASD : Studi Kasus di TK Bunga Harapan, Deket Lamongan

9 Juni 2025   09:20 Diperbarui: 9 Juni 2025   09:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Dalam praktik di lapangan, guru masih menghadapi berbagai tantangan dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif bagi peserta didik dengan ASD. Salah satu hambatan utama adalah terbatasnya pelatihan profesional yang berkelanjutan, terutama di sekolah reguler yang mengadopsi model inklusi tanpa sistem pendukung memadai. Akibatnya, guru sering kali mengandalkan pengalaman empiris tanpa pemahaman teoritis yang cukup mengenai spektrum autisme. Hal ini berimbas pada ketidakkonsistenan dalam penyusunan dan implementasi Rencana Pembelajaran Individual (RPI), sehingga proses pembelajaran menjadi kurang adaptif terhadap kebutuhan anak.

Di samping itu, kendala juga muncul dari aspek sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya inklusif. Misalnya, banyak sekolah belum memiliki ruang sensorik atau area tenang yang dibutuhkan anak dengan sensitivitas sensorik tinggi untuk mengelola stres dan emosi. Ketiadaan fasilitas ini dapat memicu perilaku tantrum, agresif, atau menarik diri yang mengganggu proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan inklusif harus mencakup penyediaan infrastruktur pendukung, seperti alat bantu visual, media komunikasi alternatif, serta lingkungan belajar yang ramah bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Dengan pendekatan kualitatif ini, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan model pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan anak dengan ASD. Selain itu, hasil temuan diharapkan mampu meningkatkan pemahaman pendidik dan pemangku kebijakan mengenai pentingnya penerapan pendidikan inklusif yang berbasis bukti ilmiah dan empati, sehingga dapat menciptakan sistem pendidikan yang benar-benar adil, adaptif, dan manusiawi.

 

DATA 

Data penelitian ini diperoleh melalui tiga teknik utama, yaitu observasi partisipatif di kelas inklusi, wawancara mendalam dengan guru kelas, guru pendamping khusus (GPK), dan orang tua peserta didik dengan ASD, serta studi dokumentasi berupa catatan pembelajaran dan rencana individual siswa. Temuan disajikan dalam tiga tema utama: karakteristik anak dengan ASD, strategi pembelajaran yang digunakan, dan dukungan lingkungan terhadap proses belajar anak.

  • Karakteristik Anak dengan ASD

Berdasarkan observasi, anak dengan ASD di kelas inklusi menunjukkan beberapa karakteristik khas yang sesuai dengan literatur. Seorang siswa dengan inisial NA (usia 6 tahun) memperlihatkan kecenderungan menghindari kontak mata saat berkomunikasi, serta hanya memberi respons verbal terbatas ketika diajak berbicara. Selain itu, NA menunjukkan minat yang sangat kuat pada objek-objek tertentu seperti mainan magnetik dan pensil warna, dan cenderung melakukan aktivitas tersebut secara berulang.

Dari wawancara dengan GPK, diketahui bahwa siswa seperti NA sering mengalami kesulitan dalam memahami instruksi lisan secara langsung, dan lebih mudah memahami perintah yang disampaikan melalui media visual. Guru menyebutkan bahwa perubahan mendadak dalam rutinitas seringkali memicu kecemasan, seperti menangis atau menarik diri dari kelompok. Misalnya, saat jadwal pelajaran olahraga dipindah karena hujan, NA mengalami ledakan emosional dan harus dibimbing keluar kelas untuk menenangkan diri.

2. Strategi Pembelajaran yang Digunakan

Dari hasil observasi pembelajaran, strategi yang diterapkan bersifat sangat terstruktur. Guru menggunakan visual schedule di dinding kelas untuk menjelaskan urutan kegiatan setiap hari. Anak-anak dengan ASD diberi alat bantu komunikasi berupa kartu gambar (PECS), yang membantu mereka menyampaikan keinginan atau menjawab pertanyaan secara non-verbal.

Wawancara dengan guru kelas mengungkapkan bahwa pendekatan individual menjadi kunci. Misalnya, setiap anak memiliki target yang disesuaikan dengan perkembangan mereka. Guru menggunakan penguatan positif secara rutin. Seperti, memberikan stiker setelah anak menyelesaikan tugas sederhana untuk memperkuat perilaku yang diharapkan. Dalam beberapa kasus, reward berbentuk waktu bermain tambahan juga diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun