Orang tua juga mengamati adanya sensitivitas terhadap lingkungan ramai. Saat berada di tempat yang penuh dengan suara atau kerumunan, seperti pasar atau acara keluarga, anak menunjukkan reaksi seperti menutup telinga dan menangis. Hal ini kemudian mendorong orang tua untuk melakukan konsultasi dengan psikolog anak. Pada usia 4 tahun, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anak mengalami hambatan perkembangan intelektual ringan. Sejak saat itu, proses pendampingan dilakukan secara lebih terarah dengan memasukkan anak ke Sekolah Luar Biasa (SLB) dan mengikuti berbagai bentuk kegiatan edukatif yang sesuai.
Dalam kehidupan sehari-hari, anak telah menunjukkan kemajuan dalam beberapa aspek seperti menyebutkan nama sendiri, menyebut nama orang tua, serta mengenali dan menyanyikan lagu anak-anak. Namun, kemampuan untuk menjawab pertanyaan secara runtut dan menjalin interaksi sosial dengan teman sebaya masih terbatas. Fokus belajar juga relatif pendek, terutama ketika dihadapkan pada kegiatan yang memerlukan konsentrasi seperti menulis atau berhitung. Interaksi sosial lebih mudah terjalin dengan individu yang sudah dikenal dekat, seperti anggota keluarga, sementara dalam situasi sosial baru, anak cenderung pasif atau memilih bermain sendiri.
Peran orang tua, khususnya ibu, sangat signifikan dalam proses pendampingan. Meskipun sempat mengalami kesulitan emosional pada tahap awal menerima kondisi anak, orang tua kemudian menunjukkan sikap positif dengan mengikuti berbagai pelatihan dan penyuluhan mengenai anak berkebutuhan khusus. Pendekatan yang digunakan di rumah bersifat struktural namun fleksibel, misalnya dengan menyediakan jadwal harian bergambar untuk membantu pemahaman rutinitas. Dalam menghadapi perilaku tantrum, orang tua lebih memilih pendekatan yang tenang dan empatik, seperti memeluk, menyanyikan lagu yang disukai anak, atau memberi waktu menenangkan diri sebelum melanjutkan komunikasi.
Orang tua berharap agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri secara bertahap, khususnya dalam menjalankan aktivitas dasar seperti makan, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri. Harapan lain juga tertuju pada keberlanjutan pendidikan di SLB dengan dukungan tenaga pendidik yang memahami karakteristik anak. Selain itu, dukungan dari masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat ditingkatkan, misalnya melalui penyediaan layanan terapi gratis dan pelatihan bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Â
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam kondisi, pengalaman, dan peran orang tua dalam mendampingi anak dengan hambatan perkembangan intelektual ringan. Pendekatan kualitatif dipilih karena dinilai mampu menangkap makna, pemahaman, dan dinamika yang terjadi dalam konteks kehidupan nyata, khususnya dalam interaksi antara anak dan orang tua di lingkungan keluarga.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan bernama NA, berusia 6 tahun, yang saat ini belajar di TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan pada jenjang kelas B. Informan utama adalah ibu kandung NA, sebagai narasumber wawancara mendalam. Anak tersebut telah didiagnosis mengalami hambatan perkembangan intelektual ringan oleh psikolog anak saat berusia 4 tahun. Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu kandung anak, yang menjadi sumber utama data melalui wawancara mendalam.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara semi-terstruktur dengan orang tua. Observasi dilakukan di lingkungan rumah untuk memperoleh gambaran aktivitas harian, interaksi anak dengan orang tua, serta pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran di rumah. Wawancara dilakukan secara langsung dengan ibu anak untuk menggali informasi terkait riwayat perkembangan anak, tantangan yang dihadapi, strategi pendampingan, serta harapan orang tua terhadap masa depan anak.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap guru kelas, GPK, dan orang tua siswa guna menggali strategi pembelajaran, tantangan dalam pengajaran, serta bentuk dukungan dari sekolah dan keluarga. Sementara itu, studi dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), catatan asesmen perkembangan anak, serta hasil evaluasi pembelajaran. Kombinasi ketiga teknik ini bertujuan memastikan data yang diperoleh bersifat triangulatif dan kaya konteks.
Data dianalisis menggunakan model analisis interaktif Miles, Huberman, dan Saldana, yang meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan memilah informasi relevan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, data disusun dalam bentuk narasi tematik untuk memperlihatkan hubungan antar kategori dan pola temuan. Kesimpulan diambil berdasarkan temuan konsisten yang telah diverifikasi melalui triangulasi teknik dan sumber guna menjamin validitas dan reliabilitas data.