Strategi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dengan ASD: Studi Kasus di TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan
Mirza isnaini Ramadhani1, Ratna Pangastuti2
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
dinimirza82@gmail.com, ratnapangastuti@uinsa.ac.id
ABSTRAK
Autisme Spektrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang memengaruhi kemampuan individu dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku adaptif. Anak dengan ASD memiliki karakteristik yang bervariasi, mulai dari gangguan bicara, respons sensorik yang berbeda, hingga kesulitan dalam memahami norma sosial. Dalam konteks pendidikan, anak-anak dengan autisme memerlukan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik anak dengan hambatan perkembangan intelektual ringan dan mengidentifikasi metode pembelajaran yang efektif dalam konteks pendidikan inklusif. Subjek penelitian adalah siswi berinisial NA, kelas B TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap orang tua anak. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap guru dan orang tua di satuan pendidikan inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berbasis visual, penguatan positif, serta dukungan lingkungan sosial yang kondusif sangat berperan dalam mengoptimalkan potensi anak dengan ASD. Disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran anak autisme tidak hanya ditentukan oleh metode pengajaran, tetapi juga oleh sinergi antara guru, keluarga, dan lingkungan sekolah yang inklusif dan suportif.
Kata Kunci: autisme spektrum disorder, anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusif, strategi pembelajaran, dukungan keluarga.
Â
PENDAHULUAN
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan individu yang memiliki perbedaan dalam aspek perkembangan, baik secara fisik, intelektual, emosional, maupun sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan dan dukungan yang sesuai dengan karakteristiknya. Salah satu kategori dalam klasifikasi ABK adalah anak dengan hambatan perkembangan intelektual ringan. Anak dengan kondisi tersebut cenderung mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek perkembangan, termasuk kemampuan bicara, motorik, dan kemandirian, serta memerlukan strategi pembelajaran dan pendampingan yang bersifat individual.
Hasil observasi terhadap seorang anak bernama NA, siswa kelas B di TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan, menunjukkan adanya karakteristik yang sesuai dengan hambatan perkembangan intelektual ringan. Berdasarkan keterangan ibunya, perkembangan NA sejak bayi menunjukkan keterlambatan dibanding anak seusianya. Respons terhadap panggilan kurang, motorik kasar seperti berjalan baru muncul setelah usia 2 tahun, dan kemampuan bicara baru mulai terlihat pada usia 4 tahun. Berdasarkan keterangan dari orang tua, khususnya ibu, perkembangan NA sejak bayi telah menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan anak-anak seusianya. Respons terhadap rangsangan sosial sejak dini tampak kurang, seperti tidak langsung menoleh saat dipanggil atau kurang tertarik saat diajak bermain. Kemampuan motorik kasar seperti berjalan baru berkembang setelah usia 2 tahun, sedangkan kemampuan bicara baru mulai terlihat pada usia 4 tahun.