Mohon tunggu...
Mirza isnaini Ramadhini
Mirza isnaini Ramadhini Mohon Tunggu... UINSA

Saya, Mirza Isnaini Ramadhini, merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Saya lahir pada tanggal 8 November 2004. Ketertarikan saya terfokus pada bidang pendidikan anak usia dini, terutama dalam hal pengembangan karakter Islami, penerapan metode pembelajaran yang inovatif, serta integrasi nilai-nilai keislaman dalam proses pendidikan. Sebagai bagian dari pengembangan akademik, saya aktif mengikuti berbagai kegiatan ilmiah dan organisasi kemahasiswaan guna mendukung peningkatan kompetensi diri dalam bidang pendidikan. Melalui tulisan dan karya ilmiah, saya berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan anak usia dini yang holistik dan berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Strategi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dengan ASD : Studi Kasus di TK Bunga Harapan, Deket Lamongan

9 Juni 2025   09:20 Diperbarui: 9 Juni 2025   09:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Strategi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dengan ASD: Studi Kasus di TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan

Mirza isnaini Ramadhani1, Ratna Pangastuti2

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

dinimirza82@gmail.com, ratnapangastuti@uinsa.ac.id

ABSTRAK

Autisme Spektrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang memengaruhi kemampuan individu dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku adaptif. Anak dengan ASD memiliki karakteristik yang bervariasi, mulai dari gangguan bicara, respons sensorik yang berbeda, hingga kesulitan dalam memahami norma sosial. Dalam konteks pendidikan, anak-anak dengan autisme memerlukan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik anak dengan hambatan perkembangan intelektual ringan dan mengidentifikasi metode pembelajaran yang efektif dalam konteks pendidikan inklusif. Subjek penelitian adalah siswi berinisial NA, kelas B TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap orang tua anak. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap guru dan orang tua di satuan pendidikan inklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berbasis visual, penguatan positif, serta dukungan lingkungan sosial yang kondusif sangat berperan dalam mengoptimalkan potensi anak dengan ASD. Disimpulkan bahwa keberhasilan pembelajaran anak autisme tidak hanya ditentukan oleh metode pengajaran, tetapi juga oleh sinergi antara guru, keluarga, dan lingkungan sekolah yang inklusif dan suportif.

Kata Kunci: autisme spektrum disorder, anak berkebutuhan khusus, pendidikan inklusif, strategi pembelajaran, dukungan keluarga.

 

PENDAHULUAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan individu yang memiliki perbedaan dalam aspek perkembangan, baik secara fisik, intelektual, emosional, maupun sosial, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan dan dukungan yang sesuai dengan karakteristiknya. Salah satu kategori dalam klasifikasi ABK adalah anak dengan hambatan perkembangan intelektual ringan. Anak dengan kondisi tersebut cenderung mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek perkembangan, termasuk kemampuan bicara, motorik, dan kemandirian, serta memerlukan strategi pembelajaran dan pendampingan yang bersifat individual.

Hasil observasi terhadap seorang anak bernama NA, siswa kelas B di TK Bunga Harapan 5, Deket Lamongan, menunjukkan adanya karakteristik yang sesuai dengan hambatan perkembangan intelektual ringan. Berdasarkan keterangan ibunya, perkembangan NA sejak bayi menunjukkan keterlambatan dibanding anak seusianya. Respons terhadap panggilan kurang, motorik kasar seperti berjalan baru muncul setelah usia 2 tahun, dan kemampuan bicara baru mulai terlihat pada usia 4 tahun. Berdasarkan keterangan dari orang tua, khususnya ibu, perkembangan NA sejak bayi telah menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan anak-anak seusianya. Respons terhadap rangsangan sosial sejak dini tampak kurang, seperti tidak langsung menoleh saat dipanggil atau kurang tertarik saat diajak bermain. Kemampuan motorik kasar seperti berjalan baru berkembang setelah usia 2 tahun, sedangkan kemampuan bicara baru mulai terlihat pada usia 4 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun