Darma, Aldo, dan Kayla adalah siswa yang bersekolah di sekolah yang cukup terkenal di kota tempat tinggalnya. Mereka bertiga bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP sampai saat ini ketika mereka sekarang duduk di bangku kelas satu SMA.
Hari itu masih berjalan seperti hari biasa, sampai di saat Darma mendengar berita bahwa peristiwa yang mengguncangkan seluruh negara di dunia sudah mulai masuk ke negara Indonesia. Darma sangat takut ketika mendengar berita itu, tetapi dia juga bingung apa yang harus dia lakukan karena dia tahu bahwa peristiwa itu telah membuat angka kematian yang tinggi di negara-negara lain.
"Kalian sudah dengar tentang peristiwa yang mematikan yang berasal dari Tiongkok?" tanya Darma kepada teman-temannya.
"Peristiwa yang banyak membuat penduduk negara Tiongkok meninggal?" sahut Kayla bertanya kembali kepada Darma.
"Pada bicarain apa sih? Peristiwa? Tiongkok? Kalian ini ngomong apa?" kata Aldo yang bingung mendengar percakapan Darma dan Kayla.
Ternyata tidak sampai di situ, peristiwa yang ditemukan di Tiongkok serta membuat banyak penduduk Tiongkok meninggal disebabkan oleh Corona Virus Disease 2019. Penyakit ini menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Masuknya virus ini pada Senin, 2 Maret 2020 di Indonesia, pemerintah Indonesia langsung membuat kebijakan baru bagi warga negaranya agar terhindar dari virus ini, yaitu menetapkan ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kala itu, kegiatan perkantoran dihentikan, gedung sekolah ditutup, ojek daring dibatasi, hingga tidak boleh berkerumun. Karena cepatnya virus ini menyebar ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia, maka dari pulau Sabang sampai Merauke menetapkan ketentuan yang sudah ditetapkan, yaitu semua kegiatan dilakukan melalui daring.
Begitu juga dengan sekolah Darma, Aldo, dan Kayla, sekolah mereka juga terkena dampak dari penyebaran virus Covid-19. Sekolah mereka menerapkan pelajaran melalui daring. Dalam waktu yang singkat semua bisa berubah begitu cepat. Pelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka, bertemu dengan teman-teman, bermain bersama teman-teman, mengumpulkan tugas secara langsung, berinteraksi secara langsung, bercanda dan semua kenangan indah yang lain hilang begitu saja. Sekarang semua berada di rumah, melihat layar laptop, layar ponsel, mengumpulkan tugas melalui aplikasi, tidak ada bercanda dengan teman, tidak ada berinteraksi secara langsung, tidak ada suara yang terdengar, hanyalah ketikan yang dapat dilihat.
Layar kaca hanya membuat mereka bertiga mengantuk saat mengikuti kelas karena tidak dapat melihat muka teman-temannya, hanya dapat mendengar suara. Semua itu terjadi selama dua tahun yang berdampak sangat buruk bagi generasi kami, generasi muda yang akan memimpin di masa depan mengalami penurunan kecerdasan akibat dari pembelajaran secara daring. Dua tahun bukanlah waktu yang cepat bagi mereka bertiga; mereka perlu menyesuaikan diri untuk terbiasa akan perubahan yang sangat cepat terjadi dalam kehidupan mereka.
"Ayo dibuka kameranya, Nak," ucap guru yang sedang masuk di kelas mereka bertiga.
"Aldo, buka kameranya, Nak. Aldo? Aldo? Buka kamera atau kamu saya keluarkan dari Zoom ini, Aldo. 1... 2..." lanjut guru yang marah karena Aldo tidak membuka kamera Zoom-nya.
"Halo, Aldo, kamu ke mana? Itu dicari Pak Budi, cepat buka kamera Zoom-nya, nanti kamu tidak dianggap hadir," Kayla langsung menelepon Aldo karena Kayla sekretaris di kelas mereka.