Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pembunuhan di Rue Morgue (Bag. 3)

17 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 18 Maret 2020   12:48 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dupin tidak berkata apa-apa. Aku dapat melihat tatapan dingin di matanya yang mengatakan padaku pikirannya sedang bekerja, sedang bekerja dengan keras, dengan cepat. Aku tidak bertanya apa-apa.

            Dupin tidak berkata apapun sampai esok paginya, saat dia mendatangi kamarku dan menanyaiku tiba-tiba apakah aku tidak menemukan sesuatu khususnya yang ganjil atas apa yang kami lihat di rumah di Rue Morgue itu. Aku jawab, “Tidak ada kecuali yang kita berdua baca di suratkabar.”

            “Katakan padaku, Teman. Bagaimana akan kita jelaskan kekuatan yang mengerikan, kekuatan luarbiasa digunakan dalam pembunuhan ini? Dan suara-suara siapakah itu yang kita dengar? Tidak ada seorangpun yang dijumpai kecuali mayat-mayat wanita itu; juga tak ada jalan bagi siapapun untuk melarikan diri. Dan keadaan kacau ruangan; mayat yang ditemukan kepalanya terjulur masuk di atas tungku perapian; mayat wanita tua yang kelihatan terpotong mengerikan, dengan kepalanya yang lepas; ini semua sangat jauh dari apa yang mungkin diharapkan bahwa polisi masih menyelidiki; mereka tidak tahu dari mana memulai.

            “Hal-hal ini luarbiasa, sungguh; tapi itu bukan misteri yang sulit. Kita jangan bertanya, `Apa yang terjadi? Tapi `Apa yang terjadi yang tak pernah terjadi sebelumnya?` Nyatanya, hal-hal tersebut yang polisi pikir tidak mungkin dijelaskan adalah hal-hal yang menunjukkanku jawaban. Sungguh, aku yakin itu telah menunjukkanku jawaban.”

            Aku begitu terkesima hingga tidak dapat berucap sepatah katapun. Dupin melihat cepat ke pintu. ”Aku sekarang sedang menunggu seseorang yang mungkin tahu sesuatu tentang pembunuhan ini, pembunuhan keji ini. Aku tidak menuduh dia yang melakukannya sendiri. Tapi aku pikir dia mungkin tahu pembunuhnya. Aku harap aku benar akan ini. Jika aku benar, maka aku harap dapat menemukan seluruh jawaban, hari ini. Aku menunggu orang itu di sini—di kamar ini—kapanpun. Benar dia mungkin tidak akan datang; tapi dia mungkin datang.”

             “Tapi siapa orang ini? Bagaimana kau menemukannya?”

            “Akan kujelaskan padamu. Sementara kita menunggu orang yang tidak kita kenal ini—sebab aku tidak pernah berjumpa dengannya. Sementara kita menunggu, akan kujelaskan bagaimana pemikiranku berjalan.” Dupin mulai bicara. Tapi tidak nampak dia sedang berusaha menerangkan padaku apa yang dia pikirkan. Sepertinya dia sedang bicara pada dirinya sendiri. Dia menatap bukan padaku, tapi pada tembok.

            “Sangat terbukti suara-suara yang didengar para tetangga itu bukan suara wanita-wanita yang terbunuh. Orang lain ada di kamar itu. Karenanya tentu wanita tua itu tidak mula-mula membunuh anak perempuannya. Lantas membunuh dirinya sendiri. Dia tidak akan cukup kuat untuk meletakkan mayat anaknya di mana ia ditemukan; dan cara kematian wanita tua itu menunjukkan dia tidak dapat melakukannya sendiri. Orang dapat bunuh diri dengan pisau, ya. Tapi dia sungguh tidak dapat memotong lehernya sendiri hingga hampir putus, lalu meletakkan pisaunya ke atas lantai dan melompat ke luar jendela. Itu adalah pembunuhan, maka, yang dilakukan orang ketiga, satu atau lebih. Dan suara-suara yang terdengar itu adalah suara orang-orang ini. Mari sekarang pikir baik-baik apa-apa yang orang-orang katakan tentang suara-suara itu. Apakah kau menemukan sesuatu khususnya kejanggalan pada apa yang dikatakan tentangnya?”

            “Oh, ya. Semua orang sepakat suara yang lemah adalah suara orang Prancis; tapi mereka tidak dapat sepakat terhadap suara yang tinggi.”

            “Ha! Itulah apa yang mereka katakan, ya; tapi itu bukan sebagai yang terganjil yang mereka katakan. Kau katakan kau tidak menemukan apapun yang membuat cerita-cerita mereka sangat berbeda dengan apa yang mungkin terjadi. Masih ada satu hal. Seluruh orang ini, seperti yang kamu katakan, sepakat terhadap suara yang lemah; tapi tidak terhadap suara yang tinggi keras. Hal aneh di sini adalah saat orang Italia, Inggris, Spanyol dan Prancis berusaha menjelaskan seperti apa suara itu, masing-masing mengatakan itu terucap seperti suara orang asing. Betapa luarbiasa aneh suara itu adanya! Di sini ada empat orang dari empat negara besar, dan tidak satupun mereka yang dapat memahami apa yang suara itu katakan, masing-masing memberinya nama yang berbeda.

            “Nah, aku tahu ada negara-negara lain di dunia ini. Kau akan mengatakan mungkin itu suara seseorang dari salah satu negara-negara yang lain itu—Rusia, mungkin. Tapi ingat tidak satupun orang ini mendengar sesuatu yang terucap seperti kata yang terputus.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun