Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUT RTC] Legenda Cinta

15 Maret 2016   19:31 Diperbarui: 22 Maret 2019   21:27 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="foto dok. pribadi"][/caption]

 

Minggu ketiga (terinspirasi lagu)

1 Episode Cinta Monyet

[caption caption="kre.pribadi"]

[/caption]

Bagi Bintang, bumi adalah bumi baru. Dulu bumi hanyalah hamparan tanah, sawah, gunung dengan latar belakang langit biru. Dulu semua diam. Sekarang bumi menjadi indah sejak mengenal Endang.
“Aku boleh pinjam pulpenmu?”
“Boleh ….. mau yang mana?” kata Endang sambil tersenyum.
“Bener boleh ya?” kata Bintang sambil mengambil ballpoint Pilot. Dengan sengaja ia menyentuhkan jarinya ke jari Endang. Jantung Bintang berdetak keras. Bulu-bulu halus di kedua tangannya meremang memberi isyarat rasa aneh yang berdesir dalam hatinya.
Pulang sekolah Endang tahu betapa Bintang berjingkrak-jingkrak dengan bahagia. Endang tak tahu jika pulpennya dipeluk selama Bintang tidur.
Pagi hari.
“Ndang pulpenmu hilang … gimana nih?”
“Emmm, ganti dong!”
Hari itu Bintang berteriak kegirangan sambil berjingkrak-jingkrak. Pulpen Endang akhirnya menjadi miliknya. Ia merasa tak banyak akal untuk memiliki kenang-kenangan dari Endang, kecuali dengan akal bulus.

2 Episode Putih Abu-abu

[caption caption="kre.pribadi"]

[/caption]

Kantin Sekolah :

[caption caption="foto dok. pribadi"]

[/caption]
“Kita sebentar lagi lulus. Bintang jadi ke Yogya?”
“Jadi laah. Aku harap tempat kuliah bukan penghalang cinta kita. Biarkan aku ke Yogyakarta, Endang ke Bandung. Suatu saat ketika kita bersama, anak-anak kita dapat dongeng tentang Yogya dan Bandung."

"Iya"

"Bukankah orang tua Endang asli Bandung?”
“Iya, aku sekalian pulang kampung. Pulang kota.”
“Ndang ….”
“Apa?"

"Bagi Bintang, kantin ini mungkin kantin yang paling indah sedunia, karena ada Endang yang selalu menemani aku …..”
“Aaaahhh…. bisa saja! Bilang saja aku yang selalu nraktir!” kata Endang sambil tertawa. Bintang cemberut suka digoda seperti itu.
“Endang, Kita UN tanggal 4 , tanggal 7 April usai. Kita akan jarang lagi di SMA ini….”
“Aaaahhh Bintaaaang …… jadi pengen nangis niiih!” kata Endang sambil menjentik jari Bintang.

3 Episode Tak Pernah Ingkar Janji

[caption caption="bandung"]

[/caption]

Hari itu alunan musik degung berhenti. Prosesi pernikahan antara Bintang dan Endang akan segera berlangsung.

“Wahai Bintang, engkau nikahkan dengan putriku, Endang Setianingsih, dengan maskawin seperangkat alat sholat dan sebuah ballpoint Pilot, dibayar tunai!”
“Aku terima nikahnya Endang ………………….”

Mendengar ballpoint pilot disebut, Endang terhenyak. Pikirannya jauh melayang ke masa-masa SMP.

Malam pertama Bintang tersenyum. Di tangan Endang ada ballpoint Pilot maskawin. Endang mencium ballpoint itu.
“Aa, aku sama sekali tak berfikir Aa Bintang masih menyimpan ballpoint ini. Walaupun dulu bilang pura-pura hilang.”
“De Endang, benda inilah yang menemani cintaku padamu selama ini. Sepuluh tahun sejak kita kelas II SMP, Endang. Lama sayang. Benda inilah yang memberiku semangat dan keyakinan untuk berprestasi.”
“Och ….”
“Prestasi tertinggiku bukanlah gelar sarjana, tetapi prestasi tertinggiku karena Allah mengabulkan Endang menjadi bidadariku yang bukan berbentuk ballpoint, tetapi Endang yang nyata ……. yang sejak dulu aku kagumi.”

4 Episode Kuburan

[caption caption="kuburan"]

[/caption]

Tanpa berpamitan kepada anak cucunya, Bintang dan Endang menuju ke sebuah tempat.

Di tepi pekuburan.

“Kakek ……. Enggg …. umur kita sudah berapa?”
“Seratus tahun lewat sedikit.”
“Kenapa kita nggak mati-mati ya?”
“Nenek ingin tahu?”
“Ya sayang….”
“Karena cinta, sayang. Kita menjadi panjang umur karena cinta. Cinta yang membahagiakan membuat tubuh kita sehat. Optimis menjalani hidup. Pikiran tenang dengan cinta yang murni, bukan cinta palsu. Saat ini tubuh kita memang sudah tak keruan lagi, peot keriput. Tapi cinta kita tak pernah tua …..”
Lelaki tua itu memegang pundak istrinya. Istrinya memandang wajah suaminya. Dibenamkannya kepala wanita yang dicintai ke dadanya.
“Endang….. aku mencintaimu sampai mati….”
“Cintaku juga abadi Bintaaang …..”
Siang itu angin pekuburan semilir. Beberapa kelopak daun kamboja jatuh di tanah. Sepasang legenda cinta itu berbahagia. Keduanya menatap deretan batu-batu nisan. Mereka berfikir untuk mencari posisi istirahat di alam barzah bersama-sama. Dalam cinta. ***

-----------------------------------   Majalengka, 15 Maret 2016

Klik Link  Sumber Inspirasi : Los Morenos - Kau Selalu Milikku

 

 

karya ini disumbangkan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

[caption caption="................."]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun