Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUT RTC] Legenda Cinta

15 Maret 2016   19:31 Diperbarui: 22 Maret 2019   21:27 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar ballpoint pilot disebut, Endang terhenyak. Pikirannya jauh melayang ke masa-masa SMP.

Malam pertama Bintang tersenyum. Di tangan Endang ada ballpoint Pilot maskawin. Endang mencium ballpoint itu.
“Aa, aku sama sekali tak berfikir Aa Bintang masih menyimpan ballpoint ini. Walaupun dulu bilang pura-pura hilang.”
“De Endang, benda inilah yang menemani cintaku padamu selama ini. Sepuluh tahun sejak kita kelas II SMP, Endang. Lama sayang. Benda inilah yang memberiku semangat dan keyakinan untuk berprestasi.”
“Och ….”
“Prestasi tertinggiku bukanlah gelar sarjana, tetapi prestasi tertinggiku karena Allah mengabulkan Endang menjadi bidadariku yang bukan berbentuk ballpoint, tetapi Endang yang nyata ……. yang sejak dulu aku kagumi.”

4 Episode Kuburan

[caption caption="kuburan"]

[/caption]

Tanpa berpamitan kepada anak cucunya, Bintang dan Endang menuju ke sebuah tempat.

Di tepi pekuburan.

“Kakek ……. Enggg …. umur kita sudah berapa?”
“Seratus tahun lewat sedikit.”
“Kenapa kita nggak mati-mati ya?”
“Nenek ingin tahu?”
“Ya sayang….”
“Karena cinta, sayang. Kita menjadi panjang umur karena cinta. Cinta yang membahagiakan membuat tubuh kita sehat. Optimis menjalani hidup. Pikiran tenang dengan cinta yang murni, bukan cinta palsu. Saat ini tubuh kita memang sudah tak keruan lagi, peot keriput. Tapi cinta kita tak pernah tua …..”
Lelaki tua itu memegang pundak istrinya. Istrinya memandang wajah suaminya. Dibenamkannya kepala wanita yang dicintai ke dadanya.
“Endang….. aku mencintaimu sampai mati….”
“Cintaku juga abadi Bintaaang …..”
Siang itu angin pekuburan semilir. Beberapa kelopak daun kamboja jatuh di tanah. Sepasang legenda cinta itu berbahagia. Keduanya menatap deretan batu-batu nisan. Mereka berfikir untuk mencari posisi istirahat di alam barzah bersama-sama. Dalam cinta. ***

-----------------------------------   Majalengka, 15 Maret 2016

Klik Link  Sumber Inspirasi : Los Morenos - Kau Selalu Milikku

 

 

karya ini disumbangkan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

[caption caption="................."]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun