Jadi, jangan pernah meremehkan usaha kecil. Jangan pernah menyamakan visibilitas dengan nilai.
Kembali ke Keheningan yang Bermakna
Ada spiritualitas yang mendalam dalam memperlambat langkah. Dalam memalingkan wajah sejenak dari hiruk-pikuk dunia dan bertanya: Apa yang sedang aku beri makan kepada jiwaku?
Rasulullah bersabda:
"Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi)
Apa yang kamu konsumsi setiap hari membentuk siapa kamu menjadi. Konten yang kamu izinkan masuk ke pikiran akan menjadi suara latar dalam jiwamu. Maka jaga perhatianmu seperti kamu menjaga sesuatu yang amat berharga.
Dan kalau kamu adalah seseorang yang mencoba menciptakan konten edukatif dan bermakna, lakukan bukan untuk tepuk tangan, tapi sebagai bentuk ibadah. Jadikan itu sadaqah jariyah --- sedekah yang terus mengalir, bahkan setelah kamu tak lagi ada.
Mungkin kata-katamu tak viral. Tapi kalau mereka menembus satu hati yang sedang tersesat, itu sudah cukup.
Pada Akhirnya, Hati Sudah Tahu
Kamu telah melihat keduanya. Banjirnya kekonyolan, dan indahnya kebenaran yang sunyi. Yang satu berteriak untuk menarik perhatianmu. Yang satu berbisik.
Tapi di kedalaman hatimu, kamu sudah tahu mana yang menumbuhkanmu. Kamu sudah bisa merasakan perbedaan antara video yang membuatmu tertawa 10 detik dan yang tetap tinggal di dalam jiwamu seumur hidup.
Maka pilihlah dengan bijak. Dan berkaryalah dengan niat yang lurus.
Dunia tidak butuh lebih banyak kebisingan. Dunia butuh nur --- cahaya. Bukan sekadar informasi, tapi hikmah --- kebijaksanaan. Bukan sekadar konten, tapi rahmah --- kasih sayang.