Di bawah langit yang terus membiru
Lantunan pupuh-pupuh megatruh menjadi lebih terdengar
Riuh serak teriakan, deru laju kendaraan, suara mesin-mesin pabrik pun ramai derak sepatu di lantai-lantai mall membuatnya seperti tidak terdengar
Sekarang, pupuh-pupuh megatruh menyelinap melalui sela-sela jendela, memasuki lubang-lubang di bawah pintu
Begitu dekat!
Megatruh terus melantunkan dirinya
Mewedhar bagian-bagian pupuhnya
Alunannya menjadi begitu perkasa
Telinga tidak bisa ditutup
Suara permohonan tidak juga mengusir lantunan pupuh-pupuh megatruh
Tembangnya memenuhi ruang-ruang sepi
Mengisi ruang-ruang sunyi
Megatruh terus menyelinap, bahkan ketika adzan sholat subuh hendak dikumandangkan
Jangan kau tutup pintumu
Jangan kau tutup jendelamu
Megatruh sedang terus melantun tanpa suara
Mendendangkan pupuh-pupuhnya
Di terang pagi, di gelap malam juga di benderang siang
Kamu tidak akan pernah tahu kapan pupuh-pupuh megatruh menyelinap ke ruangmu
"Aku bersholat sedemikian nikmat siang tadi," bunyi sebuah kalimat pada sebuah sore
Megatruh menjadi lebih terdengar
Dalam runduk kaki-kaki di depan altar
Dalam sujud badan-badan di lembar sajadah
Megatruh mengambil bagiannya
Melantunkan pupuh-pupuhnya
Ia bahkan dapat masuk melalui sela-sela jendela
Ia bahkan dapat masuk melalui lubang-lubang pintu
| Prambanan | 9 April 2020 | 04.17 |