Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Lantunan Pupuh-pupuh Megatruh

9 April 2020   04:47 Diperbarui: 9 April 2020   04:56 120 8
Di bawah langit yang terus membiru
Lantunan pupuh-pupuh megatruh menjadi lebih terdengar

Riuh serak teriakan, deru laju kendaraan, suara mesin-mesin pabrik pun ramai derak sepatu di lantai-lantai mall membuatnya seperti tidak terdengar

Sekarang, pupuh-pupuh megatruh menyelinap melalui sela-sela jendela, memasuki lubang-lubang di bawah pintu

Begitu dekat!

Megatruh terus melantunkan dirinya
Mewedhar bagian-bagian pupuhnya

Alunannya menjadi begitu perkasa

Telinga tidak bisa ditutup
Suara permohonan tidak juga mengusir lantunan pupuh-pupuh megatruh

Tembangnya memenuhi ruang-ruang sepi
Mengisi ruang-ruang sunyi

Megatruh terus menyelinap, bahkan ketika adzan sholat subuh hendak dikumandangkan

Jangan kau tutup pintumu
Jangan kau tutup jendelamu

Megatruh sedang terus melantun tanpa suara
Mendendangkan pupuh-pupuhnya
Di terang pagi, di gelap malam juga di benderang siang

Kamu tidak akan pernah tahu kapan pupuh-pupuh megatruh menyelinap ke ruangmu

"Aku bersholat sedemikian nikmat siang tadi," bunyi sebuah kalimat pada sebuah sore

Megatruh menjadi lebih terdengar
Dalam runduk kaki-kaki di depan altar
Dalam sujud badan-badan di lembar sajadah

Megatruh mengambil bagiannya
Melantunkan pupuh-pupuhnya

Ia bahkan dapat masuk melalui sela-sela jendela
Ia bahkan dapat masuk melalui lubang-lubang pintu

| Prambanan | 9 April 2020 | 04.17 |

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun