Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ia Raja Pesisir, Aku Raja Pedalaman [Part 11: End]

9 Februari 2020   10:10 Diperbarui: 9 Februari 2020   10:11 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Tidak, Boone, aku menyayangimu, aku hanya menyisakan hati ini untukmu,' kakiku terasa lemas. Bahkan untuk berdiri menopang tubuhku pun tak mampu. 

Namun tampak sekelebat cahaya yang begitu terang menyambar tubuhku, hingga tubuhku melayang di udara. Samar, nanar kulihat diriku berada dalam pelukan seorang malaikat. Aku mengenalnya. 

Mataku melihatnya dalam-dalam, dia... Cornicus. Ya, tepat sekali. Namun mengapa ia tak sebengis Cornicus yang merenggut Boone dari sisiku?

Tunggu, aku melihat liontin itu. Milik Ibu. Liontin dengan inisial "A" menggantung di lehernya. Ingatan membawaku kepada Pangeran Arye. Ia yang terakhir kali memakai liontin Aubrey.

Malaikat itu tersenyum padaku. Ia meletakkan tubuhku di atas sebuah batu besar yang legam mengkilap. Disentuhnya beberapa tulang yang sempat patah di beberapa bagian tubuhku.

Ia tak lagi Cornicus yang bengis. Aneh terasa, setelah ia menyentuh, tulang-tulangku seakan menjadi pulih kembali. Namun Tak sepatah kata pun ia ucapkan padaku. Hanya sesekali ia menatapku dan tersenyum.

"Siapa kau?" tanyaku pelan saat ia memberikan sepotong roti dan beberapa biji buah dalam hutan itu.

Ia hanya tersenyum. Namun kemudian ia pergi terbang lagi. Menghilang entah ke mana. Begitu setiap hari. Kala malam, ia berjaga di dekatku, hingga pagi. Saat aku membuka mata, aku melihat makanan telah tersaji di hadapanku, lalu ia terbang kembali. 

Ya, mungkin saja ia harus mengurus beberapa urusan dengan para Nevirit. Kubiarkan saja ia pergi. Toh, ia akan kembali lagi.

Selama berhari-hari, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya, jika kutanya, kusapa, ia hanya tersenyum saja. Pikirku, mungkin ia gagu, atau bisu, atau tak paham bahasaku.

Hingga suatu malam, aku begitu merindukan Boone. Sangat. Aku menangis, karena tak mampu lagi aku menahan rasa sesak akan ingatan yang bersandar dalam alam sadarku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun