Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perpustakaan adalah Tempat Membangun Peradaban

19 September 2025   00:45 Diperbarui: 19 September 2025   00:45 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generated Gemini AI

Ketika mendengar kata perpustakaan, mungkin kita akan terpikirkan oleh sosok kutu buku, pembelajar ataupun mahasiswa yang sedang mencari referensi. Tapi bagi saya, perpustakaan tidak sekadar tempat membaca ataupun meminjam buku, melainkan tempat untuk membangun peradaban.

Bahkan ada juga orang yang bertemu dengan jodohnya di perpustakaan, atau menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk ketemuan.

Perpustakaan adalah tempat awal bagi saya untuk mengenal dunia blogger dan dunia tulis menulis, pada 2014 lalu, saya sempat mengikuti Launching Komunitas MbakYu Blogger Wonosobo, meski acaranya identik dengan perempuan, tapi saya pede saja ikut acara tersebut, apalagi saya datang karena memang berniat ingin belajar menulis dari para narasumber.

Ohya perpustakaan yang saya maksudkan adalah ARPUSDA (Arsip dan Perpustakaan Daerah) Wonosobo, tempat di mana saya berkembang dan kecanduan terhadap dunia literasi.

Tidak hanya itu, 2 kali saya bertemu cinta monyet yang semuanya kandas juga berada di Perpustakaan tersebut, pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir saat dirinya sudah dilamar seseorang juga ada di tempat itu, sial memang.

Alih-alih terjebak pada kenangan yang menggetirkan, saya harus mengakui bahwa perpustakaan yang terletak tak jauh dari alun-alun Wonosobo tersebut merupakan sarana umum yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun.

Di halaman depan, terdapat panggung permanen yang bisa digunakan untuk konser musik, talkshow, stand up comedy dan baca puisi, di lorong perpustakaan terdapat banyak manuskrip sejarah, di lorong ujung terdapat ruang multimedia berkapasitas 60 orang untuk menonton film, bahkan saya pernah menggelar minishow stand up comedy di tempat tersebut, di bagian atas terdapat aula yang bisa disewa, jika yang menyewa adalah komunitas literasi, pihak ARPUSDA bahkan membebaskan biaya sewa.

Perpustakaan tersebut juga ramah anak, di mana terdapat playground yang bisa dimanfaatkan secara gratis, tentu saja sebagai orang tua, hal ini sangat-sangat menguntungkan, dan secara tidak langsung juga menumbuhkan minat mengunjungi perpustakaan sejak dini.

Saya menduga bahwa ke depannya, perpustakaan bukan hanya ruang sunyi, namun perpustakaan adalah tempat untuk saling bertukar pikiran, diskusi bahkan untuk sekadar menemani anak bermain di playground.

Semua komunitas terutama yang berhubungan dengan peningkatan cara berpikir atau pengembangan literasi sangat mungkin bisa difasilitasi di sebuah arena bernama perpustakaan.

Kompetisi cipta dan baca puisi, lomba menulis, lomba melukis bahkan jika perlu perpustakaan juga bisa menggelar jalan sehat yang melibatkan masyarakat dalam rangka mengkampanyekan minat baca dan minat menyemarakkan perpustakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun