Perjalanan kami dari Bandung menuju Cianjur, khususnya ke Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak, adalah sebuah misi kemanusiaan.Â
Kami berangkat pada akhir tahun lalu yaitu hari Ahad, 22 Desember 2024, membawa bantuan sembako, pakaian, dan kebutuhan lain untuk warga yang terdampak pergeseran tanah.Â
Mobil bak yang kami gunakan sarat dengan muatan, penuh harapan bahwa bantuan ini bisa meringankan beban mereka. Awalnya, perjalanan berjalan lancar, layaknya rute biasa menuju Cianjur. Kami menikmati pemandangan perbukitan yang hijau dan udara yang sejuk. Namun, semua berubah saat kami mulai memasuki wilayah kecamatan di luar pusat kota.
Kondisi jalan mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Aspal yang mulus berganti dengan permukaan yang bergelombang dan berlubang. Kami harus ekstra hati-hati, mengurangi kecepatan secara signifikan untuk menghindari guncangan yang terlalu keras.Â
Namun, tantangan sesungguhnya baru dimulai ketika kami memasuki area perbatasan Kecamatan Takokak dan Kadupandak. Kondisi jalan di sini jauh lebih parah dari yang kami bayangkan.Â
Lubang-lubang besar yang berisi genangan air dan batu-batu sebesar kepalan tangan menghadang laju mobil kami. Jalanan yang seharusnya memudahkan akses justru menjadi penghalang utama.
Setiap meter yang kami tempuh terasa seperti ujian. Kami harus bermanuver di antara lubang-lubang, sesekali merayap melewati batu-batu tajam yang bisa merusak ban kapan saja. Getaran di dalam mobil begitu kuat sehingga barang-barang di dalam kabin nyaris berjatuhan.Â
Kami berpegangan erat, mencoba menjaga keseimbangan di tengah guncangan yang tak ada hentinya. Kondisi ini membuat perjalanan kami terasa sangat lambat, jauh dari estimasi waktu yang kami perkirakan.
Namun, puncak dari "petualangan" ini terjadi di sebuah titik di mana jalanan berubah menjadi kubangan besar. Hujan yang turun beberapa hari sebelumnya telah mengubah jalan tanah menjadi lumpur tebal yang menyerupai bubur.Â
Mobil kami yang berat karena muatan, tak berdaya. Roda-roda berputar di tempat, mencengkeram lumpur, namun bukannya bergerak maju, mobil kami malah terperosok semakin dalam. Kami terperangkap, tak bisa bergerak, dan tak ada pilihan lain selain menunggu bantuan.
Kami mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan mobil, mulai dari mendorong, menaikkan gas, hingga mencoba mengganjal roda dengan batu-batu kecil. Semua usaha itu sia-sia.Â