Mohon tunggu...
Dewi nurdiana
Dewi nurdiana Mohon Tunggu... -

lahir dilampung hanya orang biasa yg suka menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resolusi ikhlas diawal tahun

31 Desember 2010   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagai petir disiang bolong,saat desas desus terdengar dari masyarakat desa,Teh Umi meninggal karena penyakit Aids!

Dadaku bergemuruh,bibirku bergetar , mataku panas,amarahku tidak terkendali,kupercepat langkahku dunia seperti berakhir hari ini juga.ibu...Ibu..itulah yang sekarang mengisi pikiranku.

Ternyata sebelum menikah dengan Abah,Teh Umi pergaulannya sangat luas banyak berteman dengan laki laki dari berbagai kalangan,itu didukung karena parasnya yang cantik.Hingga kebiasaan Teh Umi yang bergonta ganti pasanganpun menjadi topik hangat desas desus masyarakat didesa.

"Ibu...." kupeluk erat tubuh ibuku air mataku berhamburan ,tidak perduli berita penyebab kematian Teh Umi itu benar atau tidak

Ibu membalas pelukanku,kupandangii wajahnya matanya cekung berat badannya turun drastis beberapa bulan belakangan ini,dan ini salah satu gejalan penderita penyakit Aids. Kupererat pelukanku

"Ya Allah pemilik nyawa ini,semoga penyakit mematikan itu tidak hinggap di tubuh ibuku" begitu doaku berulang ulang kali


Kulihat kursi ruang tamu telah diduduki,laki laki setengah baya wajahnya kusam,badanya habis,matanya cekung rambutnya dibiarkan tidak terurus,berbeda dengan dua tahun yang lalu jauh berbeda,Tatapan matanya kosong,siapapun akan tahu tentang kedukaan yang luar biasa yang dipancarkan dari kedua bola matanya itu.Abah tersenyum getir menatap kehadiranku ,tubuhku lemas ,sempoyongan ,mataku berkunang kunang ,

Ibu memapahku berjalan kearah kursi ruang tamu,

"Abah.." tak kuasa aku melanjutkan kalimatku

"maafkan Abah ..maafkan Abah" begitu kalimat yang diulang beberapa kali oleh Abah

air mataku tak tertahan ,aku pandang wajah Ibu tatapannya kosong,tak telintas sedikitpun senyum diwajahnya, kecemasan ,kekhawatiran tampak jelas diwajah tuanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun