Mohon tunggu...
Dewi nurdiana
Dewi nurdiana Mohon Tunggu... -

lahir dilampung hanya orang biasa yg suka menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resolusi ikhlas diawal tahun

31 Desember 2010   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kenapa Abah tega?kenapa harus berpoligami?apa yang kurang dari ibu ?" pertanyaan itu melucur begitu saja pada sosok yang dulu sangat aku hargai dan aku hormati

"Tidak ada yang kurang pada ibumu" Abah menunduk diam "Kekurangan itu pada Abah"

Semakin bingung aku mendengar jawaban Abah ,kalo tidak ada yang kurang pada Ibu kenapa Abah harus mencari wanita lain.

"tapi Abah janji  akan bersikap seadil mungkin pada ibumu dan Teh Umi"

"Adil?" kutatap tajam wajah Abah ,tatapan yang tidak pernah terjadi pada Abah selama hampir delapan belas tahun aku menghirup oksigen dibumi ini.

Apakah Abah sudah lupa dengan petuah petuah yang sering di serukan dulu, adil itu sesuatu yang gampang diucapkan tapi sangat sulit dilakukan.


Setahun setengah sudah Abah menikah dengan Teh Umi.Tiga bulan pertama Abah dan teh Umi masih sering mengunjungi aku dan ibu.dulu aku sempat berpikir inilah mungkin yang dimaksud keharmonisan dalam berpoligami.Tapi akhir akhir ini Abah dan Teh Umi jarang sekali berkunjung,terakhir berkunjung Abah mengabarkan Teh Umi sedang hamil muda.

"Ibu sudah kedokter?" tanyaku setelah akhir akhir ini aku dapati ibu batuk dan tubuhnya semakin kurus ,wajahnya semakin kusam,kerutan kerutan tipis diwajahnya semakin jelas terlihat

"enggak kedokter,cuma beli obat kewarung bi mimin" jawab ibu singkat,sambil melipat mukena selesai salat subuh

"Ibu kenapa kok semakin kurus? mikirin apa?" tanyaku melihat ibu yang semakin habis badannya ,matanya cekung

"Ibu belum ikhlas ya Abah menikah lagi"  aku menduga duga menebak penyebab kesehatan ibu yang menurun drastis setelah Abah menikah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun