Mohon tunggu...
Dewi nurdiana
Dewi nurdiana Mohon Tunggu... -

lahir dilampung hanya orang biasa yg suka menulis ....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Resolusi ikhlas diawal tahun

31 Desember 2010   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:06 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini rencanaya Abah akan memperkenalkan wanita yang rela diperistri oleh Abah yang sudah berkeluarga dan sudah beranak gadis

"siti,jangan masam begitu wajahmu ,Nak" Ibu merapikan jilbab biru yang aku kenakan hari ini

mataku menatap wajah ibu , "Ibu ikhlas?" pertanyaan yang sama aku ulang lagi entah sudah berapa kali

"Sudahlah nak ,ibu ikhlas surga balasannya nak untuk mengikhlaskan Abahmu menikahi wanita lain,daripada kalo dihalang halangi nanti bisa menimbulkan dosai"

"Bu...dimadu itu bukan perkara mudah,ini  main hati Bu"

"apa yang tidak mudah jika itu semua karena kehendakNya.Nak" Ibu tersenyum berusaha meringankan kekhawatiranku pada pernikahan Abah.


Wanita itu berkulit putih,wajahnya ayu,kerudung merah muda tidak penuh menutupi rambut  hitam panjangnya perkiraan usianya mungkin hanya terpaut tiga atau empat tahun diatas usiaku.Umi kasianto anak salah satu penduduk desa sebelah yang menjadi jamaah setia Abah.Umi kembang desa kampungnya,walau orantuanya selalu aktif dipengajian yang dipimpin Abah ,dengar dari cerita Abah umi nakalnya luar biasa dan hanya Abah yang bisa menangani kenakalan Umi.intinya hanya pada Abah Umi mau patuh,oleh karenanya pak kasianto memasrahkan Umi pada Abah.

"Assalamu alaikum,Teteh" dihampirinya dan diciumnya punggung tangan ibu

Ibu tersenyum membalas salam dari madunya,keikhlasan yang benar benar luar biasa dari seorang wanita yang melahirkanku ini.

"Ini Siti anak Abah" kupaksakan menghiasi wajahku dengan senyuman seperti apa yang ibu lakukan, saat Abah mengenalkan ku pada Teh Umi.

"Abah tahu kamu kecewa " kupandangi wajah Abah dihadapanku,wajah yang dulu kusanjung karena kesetiaannya pada Allah dan kesetianya pada Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun