Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bara dan Badai, Kenangan Mei 1998 (Bagian 5)

12 Maret 2024   00:05 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Lawu (Kompas.com)

Berjalan perlahan Bara menuju dusunnya, karena sarana transportasi umum baru mulai beroperasi kembali menjelang fajar. Toh' dusunnya tidak terlalu jauh. Jika berjalan kaki, waktu yang diperlukan hanya sekitar satu jam. Menanjak memang, setidaknya bisa untuk menghangatkan tubuh.

-

Siang itu Bara sedang dudu di bale-bale teras rumahnya bersama kedua orang tuanya. Bapaknya, setelah mendengar apa yang tengah difikirkan Bara bertanya,"Dadi kepiye le? Sing mbok pilih sink ngendi?" (Bahasa Jawa, artinya, Jadi bagaimana nak? Yang kamu pilih yang mana?)

"La, menurut bapak sareng ibu sink pundi?" (Menurut bapak dan ibu yang mana?)

"Loo, kowe pingine piye?" (Kamu maunya yang mana?)

"Kulo dereng wonten keputusan bu, tapi ne' dipikir-pikir, ndamel nank perusahaan asing luih sekeco penghasilan nipun." (Saya belum bisa mengambil kesimpulan Bu. Tetapi kalau saya berfikir lebih jauh, kerja di perusahaan asing gajinya lebih baik)

"Yo, tapi mbok di pikir-pikir ndisek, ojo kesusu, sssst .... huuuuuh!" (Ya, tetapi coba difikir lebih tenang, jangan terburu-buru) sahut Pak Karta (Orang tua Bara) seraya menyumat rokok kreteknya.

"Margo nipun, kulo sa' meniko sowan tenk bapak sareng ibu, Kerso kulo si nang perusahaan asing," (Oleh karena itu, sekarang saya datang menghadap bapak dan ibu. Kalau saya inginnya kerja di perusahaan asing)

"Le, ne ibu yo, iki ibu, luih leres nek kowe ndamel nank pemerintahan mawon, ibu mboten tebih-tebih nek arep nyambangi awakmu." (Nak, nak,kalau ibu lebih suka kamu bekerja di pemerintahan saja, nanti kalau ibu ingin bertemu tidak jauh-jauh)

Malam itu Bara merenung, hingga menjelang fajar, keputusan pun akhirnya bulat diambil. Segera dia pamit untuk kembali ke Jakarta.

-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun