Mohon tunggu...
Dhany Saputra
Dhany Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti DNA

Dhany Saputra adalah PhD di Center for Genomic Epidemiology, TU Denmark. Di Center ini dia mengembangkan software diagnosis cepat berbasis DNA untuk penanganan wabah skala kecil dan skala pandemi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dewasa atau Masih Kekanak-kanakan?

25 September 2018   05:10 Diperbarui: 25 September 2018   05:46 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

medium.com
medium.com
Satu teladan menarik dari Dale Carnegie: Cita-citanya adalah jadi aktor. Pas SMA dia hebat dalam public speaking, juara di beberapa kompetisi. Sampai teman-teman sekolahnya mau bayar kursus ke dia. Di umur 20 dia memilih cari duit jadi sales pindah-pindah perusahaan. Dia punya quote pribadi "Kalau kamu pengen menaklukkan rasa takutmu, jangan duduk di rumah aja dan kebanyakan mikir. Keluar dan sibukkan dirimu".

Tabungannya udah cukup dari jadi sales, trus dia resign, merantau ke kota mengejar mimpinya jadi aktor teater. Dia tampil sukses di panggung perdananya. Lama-lama dia ngerasa nggak sreg di dunia teater. Di usia 24 dia pengangguran, miskin, dan tuna wisma.

Dia mulai introspeksi. Dia ingat kalau pas SMA dulu dia jago banget public speaking tanpa usaha terlalu banyak. Dia mulailah mengajar public speaking. Di kelas pertamanya, di pertemuan pertama, mendadak dia kehabisan materi sebelum waktu habis. Putar otak, akhirnya dia punya ide menyuruh muridnya melakukan impromptu speech. Dan di situ dia menemukan metode baru public speaking. Dia nemu zona nyamannya. Dia sekarang terkenal sebagai penulis buku-buku bestseller tentang public speaking dan self-help.

3. Fase berkomitmen

shutterstock.com
shutterstock.com
Di akhir fase pencarian jati diri, kita akhirnya tau di bidang apa kita jago dan nggak jago. Di tahap ini kita mulai fokus sama apa yang kita jago, dan apa yang menguntungkan kita.

Kita udah masa bodo dengan hal yang kita nggak jago. Kita udah nggak perduli lagi sama cita-cita yang nggak bakal terwujud dalam waktu dekat. Kita mulai meninggalkan hobi dan kegiatan yang buang-buang waktu. Biasanya kita mulai fase ini di umur menjelang 30an.

Kita mulai berani ninggalin temen yang racun dan nggak ada untungnya, malah menguras energi, pikiran dan bikin stres. Kita mulai fokus ke temen dan orang-orang terdekat yang nggak racun, yang bikin kita nambah ilmu, yang menjadikan kita lebih positif. Mungkin kita tetap menjaga hubungan dengan orang yang sempat racun, tapi kita nggak akan naruh energi disitu.

how-to-deal-with-toxic-people-in-life-5ba95f4212ae9472a67ba612.jpg
how-to-deal-with-toxic-people-in-life-5ba95f4212ae9472a67ba612.jpg
Kita akan fokus dengan visi hidup kita, yang udah kita simpulkan dari akhir fase sebelumnya. Misalnya visi kita adalah punya sertifikasi kepakaran Database Administration, atau menjadi recording engineer terbaik se-Indonesia, atau punya anak dua dan punya banyak quality time sama anak. Apapun itu visinya. Di situ kita gas pol di bidang yang kita jago atau visi yang mau kita fokus, meskipun bidang itu mungkin bukan cita-cita kita.

Fase ini berakhir dengan kita ngerasa udah nggak ada lagi yang bisa kita capai. Kita udah ngerasa tua dan capek. Mending tidur di rumah, main solitaire atau nonton netflix, atau bikin minuman favorit, terus diminum sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam. Biasanya fase ini berakhir menjelang pensiun, tapi bisa juga dialami sebelum umur itu.

4. Fase mewariskan ilmu

twitter.com/Sullivja
twitter.com/Sullivja
Di fase sebelumnya kita udah bertahun-tahun mencari jati diri, trus berkomitmen di visi hidup kita dan di bidang yang kita jago, trus kita jadi pakar di bidang itu atau sukses di visi kita. Di akhir fase berkomitmen, kita udah ngelakuin hal-hal yang hebat dan dicontoh orang lain.

Kita udah jadi mentor dan dijadikan teladan sama banyak orang. Kita udah selesai mendapatkan apa yang udah kita usahakan. Kita sadar udah nggak ada energi untuk lanjut di fase komitmen. Disinilah fase 4 dimulai, yaitu mewariskan ilmu ke generasi berikutnya.

Kita pengen ilmu kita dipelajari oleh para pemula. Mungkin dengan ngasih motivasi panjang lebar, biar para junior nggak salah langkah. Kita ngerasa harus membagikan semua ilmunya sebelum kita pikun atau meninggal. Mungkin beberapa anak muda yang masih di fase 2 nggak ada yang mau dengerin kita. Kalau kurang puas untuk mewariskan ilmu, orang fase 4 bisa juga menulis buku sebagai salah satu hobinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun