Benar juga sih apa yang dikatakan Zaky. Kakakku pergi ketika dia mengenyam bangku sekolah SMA. Dia diusir oleh ayahku ketika dia melawan untuk menuntut kebebasannya. Kakakku pergi tanpa peduli lagi dengan keluarga. Ironis sekali, orang tuaku pun membiarkannya pergi begitu saja.
"Biarkan dia pergi. Biarkan dia jadi orang miskin." ucap ayahku dengan ketus saat itu.
Bahkan ayahku memperingatkan kepada diriku kalau aku melawan maka nasibnya akan seperti kakakku, Arya Pratama. Nasib kakakku begitu sial. Dia terjerembab ke dalam pergaulan bebas. Mungkin kebebasan itu yang diinginkan dan dimaknakan lain oleh kakakku, bukan kebebasan yang hakiki. Kakakku meninggal karena OD alias Over Dosis. Akan tetapi, tidak ada rasa penyesalan di benak orang tuaku. Yang ada dalam pikirannya hanya nama baik keluarga dan bisnis.
Sekarang kalian sudah mengetahui tentang kakakku. Dia gagal mengenyam pendidikan. Dia gagal menata kehidupan dengan baik dan dia gagal untuk mengendalikan dirinya sendiri. Yang pasti aku tidak akan mengikuti jejak kakakku. Aku ingin bebas, tetapi dalam bentuk naluriah. Kebebasan agar bisa terbatasi ruang gerak dan aku bisa lebih berprestasi lagi di sekolah.
Bel masuk telah berbunyi. Pak Lukman pun sudah berada di depan kelas, guru matematika yang pagi ini akan memberikan soal-soal ulangan.
Kami pun terlelap dengan soal-soal yang ruwet.