Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Adios (1); Yoji, Jepang Palsu

17 Oktober 2021   08:01 Diperbarui: 17 Oktober 2021   08:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Benar juga sih apa yang dikatakan Zaky. Kakakku pergi ketika dia mengenyam bangku sekolah SMA. Dia diusir oleh ayahku ketika dia melawan untuk menuntut kebebasannya. Kakakku pergi tanpa peduli lagi dengan keluarga. Ironis sekali, orang tuaku pun membiarkannya pergi begitu saja.

"Biarkan dia pergi. Biarkan dia jadi orang miskin." ucap ayahku dengan ketus saat itu.

Bahkan ayahku memperingatkan kepada diriku kalau aku melawan maka nasibnya akan seperti kakakku, Arya Pratama. Nasib kakakku begitu sial. Dia terjerembab ke dalam pergaulan bebas. Mungkin kebebasan itu yang diinginkan dan dimaknakan lain oleh kakakku, bukan kebebasan yang hakiki. Kakakku meninggal karena OD alias Over Dosis. Akan tetapi, tidak ada rasa penyesalan di benak orang tuaku. Yang ada dalam pikirannya hanya nama baik keluarga dan bisnis.

Sekarang kalian sudah mengetahui tentang kakakku. Dia gagal mengenyam pendidikan. Dia gagal menata kehidupan dengan baik dan dia gagal untuk mengendalikan dirinya sendiri. Yang pasti aku tidak akan mengikuti jejak kakakku. Aku ingin bebas, tetapi dalam bentuk naluriah. Kebebasan agar bisa terbatasi ruang gerak dan aku bisa lebih berprestasi lagi di sekolah.

Bel masuk telah berbunyi. Pak Lukman pun sudah berada di depan kelas, guru matematika yang pagi ini akan memberikan soal-soal ulangan.

Kami pun terlelap dengan soal-soal yang ruwet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun