Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menonton dan Memroduksi Teater Mahasiswa di Jember: Sebuah Ingatan

18 Desember 2021   10:23 Diperbarui: 18 Desember 2021   13:53 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehabis pertunjukan Yang Bergumam Dalam Tabung. Dok. DKK UNEJ

Namun, biarlah saya akan meluangkan waktu khusus, karena membincang gelaran mereka tentu membutuhkan konsentrasi dan perbincangan dengan para pelaku yang masih berusia muda. Atau, mungkin ada penulis lain yang ingin melakukannya, tentu itu akan sangat membahagiakan karena dunia teater Jember sangat miskin tulisan kritik. Menumbuhkembangkan tradisi apresiasi dan kritik teater menjadi tugas berat yang sama pentingnya dengan mentradisikan terobosan kreatif dan diskursif dalam pertunjukan. 

Paling tidak, paparan yang belum lengkap di atas bisa memberikan gambaran betapa teater di Jember adalah sebuah dinamika dan kompleksitas yang perlu dicermati secara detil dengan menimbang perjalanan historis dan genealogi kecenderungan wacana dan gaya pertunjukan yang tidak bisa lepas dari konteks lokal, regional, ataupun global. 

Dalam ruang kota kecil, para penggiat biasa menghubungkan keinginan estetik mereka dengan trend di tingkat nasional dan global. Mereka juga menjaga kekritisan dengan membangun formasi wacana yang melawan kekuatan dominan di era Orba, serta perkembangannya di era Reformasi.

Lalu, apakah catatan dari catatan ingatan tersebut kita sudah menemukan bentuk dari teater Jember? Bagi saya pribadi, bentuk adalah pilihan yang harus dibuat oleh masing-masing penggiat dan komunitas dengan beragam pertimbangan estetik ataupun ideologisnya. Saya masih meyakini bahwa kawan-kawan muda, baik di kampus maupun luar kampus, masih memiliki gairah untuk menciptakan 'kenakalan-kenakalan' baru yang semakin liar, kritis, dan kreatif. 

Kawan-kawan Gelanggang, sampai saat ini, mampu menjadi bukti dari keyakinan tersebut. Marilah kita menjadi penyaksi dari keragaman pilihan diskursif dan gaya pertunjukan yang masih dalam proses menjadi ini sembari menunggu naskah-naskah yang menjadi repsons kritis-kreatif terhadap permasalahan-permasalahan lokal yang tidak bisa dilepaskan dari konteks nasional dan global, baik yang terjadi di Jember maupun wilayah Tapal Kuda lainnya.   

DAFTAR BACAAN

Brannigan, John. 1998. New Historicism and Cultural Materialism. London: MacMillan Press Ltd.

Errl, Astrid. 2008. "Cultural Memory Studies: An Introduction". Dalam Astrid Errl & Ansrgar Nunning (ed). Cultural Memory Studies: An International and  Interdisciplinary Handbook. Berlin: Walter de Gruyter.  

Esslin, Martin. 1961. Theatre of the absurd. New York: Doubleday.

Esslin, Martin. 1965. Absurd Drama. New York: Penguin Books.

Foucault, Michel. 1981. "The Order of Discourse", Inaugural Lecture at the College de France, 2 Desember 1976, dipublikasikan kembali dalam Robert Young (ed). Untying the Text: A Post-Structuralist Reader. Boston: Routledge & Kegan Paul Ltd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun