Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menonton dan Memroduksi Teater Mahasiswa di Jember: Sebuah Ingatan

18 Desember 2021   10:23 Diperbarui: 18 Desember 2021   13:53 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehabis pertunjukan Yang Bergumam Dalam Tabung. Dok. DKK UNEJ

Keinginan untuk menyukseskan gelaran ini membuat tim produksi melakukan bermacam usaha strategis, apalagi kebutuhan dana yang mencapai Rp. 20.000.000, harus mampu dipenuhi. Kebutuhan properti pertunjukan, kostum, konsumsi, dan yang lain menyita banyak biaya. 

Beruntung tim produksi sudah terlebih dahulu dibekali dengan workshop manajemen dan didampingi tim supervisor dari alumni. Hampir 2000 tiket terjual. Konsep opera dan maksimalisasi publikasi, rupa-rupanya, menjadi faktor utama laris-manisnya pertunjukan ini. 

Lamanya pertunjukan, 3 jam, menjadikan tim produksi membuat jedah selama 15 menit buat penonton menikmati konsumsi. Terobosan-terobosan model pertunjukan dan manajemen produksi menjadi salah satu kekuatan DKK dalam usahanya untuk meramaikan dan mendinamisasi gerak teater di Jember.   

Pada tahun yang sama, Nanda menyutradari Orasi Ruang Bersalin (ORB), sebuah naskah eksperimental yang mengusung percakapan-percakapan tiga tokoh. Naskah ini dipentaskan keliling ke beberapa kota dengan dana mandiri, seperti Malang, Jombang, Solo, dan Yogyakarta. Melalui ORB, Nanda, Isnaeni Marzuq, dan Judi Wahyu Hendrawan, mengeksplorasi secara dinamis bagaimana ruang bersalin yang menjadi metafor dari ruang kelahiran seorang manusia. 

Mereka berbicara eksistensi manusia yang akan mengalami banyak peristiwa dan kekagetan-kekagetan ketika mereka mengalami kehidupan; peristiwa-peristiwa yang seringkali tidak memberikan banyak pilihan dan itu semua menjadi faktor hadirnya ketidakbermakaan bagia manusia. ORB sekaligus menjadi pentas terakhir "Trio Jombang" bersama DKK sebelum mereka memutuskan berproses kreatif di luar kampus sembari menyelesaikan skripsi.

EPILOG: BUKA SEBUAH AKHIR 

Sejatinya, saya masih ingin menulis banyak hal tentang perkembagan teater di Jember. Saya ingin menelisik-kembali pertunjukan Wisma Gita FISIP UNEJ, Jantung Teater FH UNEJ, Teater Kotak Poltek, UKM Dolanan FTP UNEJ, Teater Layar Unmuh Jember, KSB Mumbulsari, UKM Dinding IKIP PGRI, dan komunitas-komunitas seni lain di Jember. 

Saya juga ingin mengunkapkan perkembangan teater SMA di Jember, seperti Laboratorium Teater 56 SMA Negeri Kalisat, Teater Topenk SMA Negeri Balung, Teater Bulu SMA Negeri Ambulu, Teater Poci SMA Negeri Kencong, Teater Sinkron (SMA Negeri 2 Jember), Teater Q-Sa (SMA Negeri 1 Jember), Teater Papat (SMA Negeri 4 Jember), Teater Biru (MAN 1 Jember), Teater SUN (SMA Muhammadiyah Jember) dan kelompok-kelompok teater pelajar lainnya. 

Namun saya menundanya karena keterbatasan referensi ataupun ingatan, kecuali Teater Topenk dan Poci karena saya ikut mendampingi proses teater mereka. Bagi saya, kontribusi teater pelajar juga perlu diperhitungankan dalam jagat teater Jember. Nama-nama besar seperti Abdul Azis (Pembina Lab Teater 56), Budianto (Pembina Teater Topenk), Suharsono "Cimot" (alm., Pembina SUN Teater), dan yang lain perlu kita masukkan dalam peta perkembangan. 

Pilihan diskursif dan gaya pertunjukan mereka juga memberikan warna tersendiri bagi dunia teater di Jember. Bahkan, ada masa ketika gelaran-gelaran mereka mengisi kevakuuman ketika teater kampus lagi sepi pertunjukan. Hal itu menegaskan bahwa teater pelajar pun bisa berbuat sesuatu untuk jagat kebudayaan Jember 

Saya juga ingin menulis pertunjukan lebih detil lagi tentang Teater X, ON Theatre, Royal Theatre, dan Teater Gelanggang yang telah memberikan warna tersendiri buat jagat teater Jember. Saya juga ingin menulis beberapa pertunjukan dari era 2010 sampai sekarang di mana DKK mempersembahkan Boikot yang diadaptasi dari drama Yunani Lysistrata (Aristophane) dan Opera Sampek Eng Tay (Nano Riantiarno). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun