Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Menonton dan Memroduksi Teater Mahasiswa di Jember: Sebuah Ingatan

18 Desember 2021   10:23 Diperbarui: 18 Desember 2021   13:53 707 16

Sebuah senja di bulan September 1996. Daun angsana yang menguning mulai berguguran bertemu debu tipis menuju angkasa. Lalu-lalang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Jember (UNEJ) bersiap kuliah. Ada pula yang selesai kuliah dan mungkin akan pulang ke kosnya masing-masing. 

Di sebuah sudut kampus, di Panggung Terbuka, beberapa mahasiswa gondrong bertelanjang dada mengeja huruf-huruf vokal dengan suara lantang. Beberapa mahasiswa perempuan dengan kaos dan celana training juga tidak kalah semangatnya; mereka bergerak dan mengucapkan beberapa kalimat. 

Dua mahasiswa baru, angkatan 96, penasaran dengan apa yang dilakukan para mahasiswa senior itu. Mereka mendekat ke Panggung Terbuka. Mereka diam, mengamati apa-apa yang terjadi di atas panggung. Sembari menikmati rokok kretek, mereka berdua, untuk sekian lamanya, menikmati gerakan dan suara para mahasiswa yang semakin aneh tersebut. 

Seorang mahasiswa lelaki, menghampiri mereka berdua dan berkata, "mengapa kalian menonton orang gila". Tidak  lama kemudian, ia ngeloyor pergi. Setelah satu jam lebih menonton para mahasiswa itu bergerak dan berteriak, mereka berdua memutuskan pulang ke tempat kos. 

Di perjalanan pulang, menyusuri double way UNEJ, kedua mahasiswa baru tersebut mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap 'kenakalan-kenakalan' kakak angkatan itu. Ya, mereka berdua tertarik dengan proses ber-teater. Dan, saling berjanji untuk sama-sama ikut latihan teater bersama para mahasiswa senior.  (Sebuah fragmen ingatan)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun