Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Panggilan dari Hutan Larangan (2)

19 Juni 2020   07:19 Diperbarui: 19 Juni 2020   07:39 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nduk, November apa kamu sudah bisa wisuda?”

“Aku usahakan, Pak. Dosen pembimbingku menjanjikan September aku sudah bisa final check, terus ujian. Doanya, Pak.”

“Iya, Bapak dan Ibu selalu berdoa. Semakin cepat kamu lulus, Bapak dan Ibu akan semakin bangga. Adik-adikmu biar semangat juga untuk kuliah. Si Gandi, tahun depan depan sudah kelas 3 SMA, sementara Kresna mau kelas 3 SMP. Kamu harus bisa jadi panutan mereka berdua. Soal wawancaramu dengan anggota PKI itu apa sudah kelar?” tanya Bapak sambil mengipaskan caping ke tubuhnya.

“Sudah, Pak. Bahkan beberapa bulan yang lalu baru saja dijadikan pentas drama. Menarik banget, Pak.”

“Zaman memang sudah berubah. Dulu, waktu Bapak masih sekolah SD, PKI dikejar-kejar, dibunuh. Bapak sangat takut waktu itu. Kasihan mereka. Apalagi di desa ini dulu banyak PKI-nya. Banyak tetangga yang tidak kembali, entah dibunuh atau dibuang. Mbah Kakung-mu sempat menyembunyikan sekitar lima belas anggota PKI di lumbung. 

Makanya, sampai sekarang anak cucu mereka baik sama keluarga kita, Nduk. Waktu Bapak diangkat jadi guru, dalam setiap rapat selalu ditekankan pentingnya menjelaskan kepada murid bahwa PKI dan antek-anteknya itu bahaya laten. Tapi, Bapak tahu kalau yang membuat skenario itu Soeharto dan gerombolannya di angkatan darat. Makanya, kalau cari calon suami jangan tentara, Bapak ndak mau.”

“He..he..he, Bapak ada-ada saja. Belum sarjana kok mikir calon suami.”

“Memangnya, kamu belum punya pacar? Ndak mungkin, kamu itu ayu, cerdas, pasti sudah punya. Siapa itu? Rudy? Ibumu sering cerita.”

“Oalah, Ibu ndak bisa menjaga rahasia. Emmm, aku sudah putus, Pak. Aku jenuh pacaran sama Rudy. Dia terlalu baik, tapi cemburuan.”

“Ya, begitulah laki-laki. Selalu saja cemburu. Dulu Bapak juga seperti itu, tapi seiring berjalannya waktu, ketika Bapak dan Ibu sudah menikah, semua menjadi biasa. Terus, sekarang kamu lagi dekat sama siapa?”

“Kalau pacar, aku belum punya. Tapi, kalau sahabat dekat ada, Pak. Dia sahabatku sejak masuk kuliah. Namanya, Ivan, dari Lamongan. Dulu kami sama-sama aktif di Senat mahasiswa. Sekarang Ivan aktif di kesenian. Tapi, tenang saja, kami cuma bersahabat, tidak lebih dari itu. Sekarang dia sedang KKN.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun