Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Putri Tanjung dan Kawan-kawan, Cermin Kewajaran Milenial Menjadi Punggung Negara

24 November 2019   13:25 Diperbarui: 24 November 2019   17:52 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalan staf khusus Presiden RI Joko Widodo. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Perkenalan staf khusus Presiden RI Joko Widodo. (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Akan menjadi perbedaan, jika itu terjadi pada orang baru. Ketika orang baru melakukan kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lama, itu adalah kewajaran. Karena, mereka biasanya masih "buta". 

Namun, ketika itu terjadi lagi pada orang lama, kita akan melihat betapa waktu terasa tidak berguna. Karena, orang tersebut tidak menggunakan banyak waktunya untuk memperbaiki kapasitasnya.

Meskipun kesalahan bisa muncul bersama orang-orang baru. Namun, pembelajaran bagi orang-orang baru tersebut bisa saja berbeda dengan orang-orang lama. Karena, pemikiran orang-orang baru, khususnya saat ini, pasti berbeda dengan orang-orang lama.

Generasi lama tidak memiliki teknologi secanggih saat ini di usia yang sama dengan generasi baru. Sedangkan generasi baru sudah memiliki teknologi canggih di usia yang masih muda. Sehingga, mereka tahu apa yang akan terjadi nanti dan mereka bisa saja menjadi bagian dari itu.

Salah satu perbedaan mendasar antara orang lama dengan orang baru adalah orang baru saat ini cenderung lebih menginginkan kesetaraan. Contohnya, orang zaman sekarang berlomba untuk berbicara. Entah berwujud apa dan melalui media apa.

Pernyataan Jang Hansol di konten videonya beberapa waktu lalu. (Dokpri/tangkapan layar/Youtube/Korea Reomit)
Pernyataan Jang Hansol di konten videonya beberapa waktu lalu. (Dokpri/tangkapan layar/Youtube/Korea Reomit)
Situasi ini jelas berbeda dengan orang zaman dulu yang meskipun memiliki keinginan yang sama, namun mereka tidak memiliki media yang cukup untuk mewadahinya. Sehingga, situasi ini melahirkan orang-orang yang "just wait" bukan "let's do it".

Jika tidak percaya, silakan lihat salah satu contohnya di toko buku, semisal Gramedia. Maka di sana dapat kita temui buku-buku yang dihasilkan oleh penulis-penulis muda yang jumlahnya tidak sedikit. Terlepas dari kualitasnya, ini dapat menjadi bukti bahwa ini memang sudah zamannya mereka untuk berbicara.

Apabila kita tetap berpatok pada siapa yang paling berpengalaman saja, akan ada kekawatiran bahwa kehidupan ini tidak akan pernah maju.

Imbasnya, apa yang terjadi nanti akan menjadi pengulangan dari apa yang sudah pernah terjadi. Karena, kita sulit menghindari godaan terhadap kemapanan dan biasanya ini diindikasikan oleh keberadaan pengalaman bukan pengetahuan.

Kepemilikan pengetahuan yang lebih banyak -daripada pengalaman- biasanya diidentikkan pada generasi muda. Itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat dan negara saat ini. 

Melalui pengetahuan yang banyak itulah kita akan berani mencari pembuktian di lapangan dan itu bersama generasi muda, bukan dengan yang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun