Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengulik Peluang Jokowi Melanjutkan Perjalanannya

6 Desember 2018   17:39 Diperbarui: 6 Desember 2018   17:55 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi bersama orang-orang yang merayakan Hari Jadi Korpri. (Twitter.com/Jokowi)

Apakah itu juga merupakan bagian kesalahan dari pemerintah pusat?

Memang iya, namun di sini peran dari pemerintah pusat juga tak bisa 100% fokus menanggulangi urusan masing-masing daerah (untuk itulah ada daerah otonom). 

Pemerintah pusat tak akan bisa bekerja sempurna dalam menjalankan visi-misi dari seorang pemimpin pusatnya, jika tak didukung pula dengan elektabilitas dari para pemimpin daerahnya. Jadi, penilaian elektabilitas setinggi apapun dari seorang presiden, akan menjadi kurang maksimal jika hal ini tidak diimbangi oleh elektabilitas dari para pemimpin daerah dan pengelola daerah masing-masing.

Jadi, baik-buruknya rekapitulasi hasil kerja dari seorang presiden, juga sepatutnya dibarengi dengan rekapitulasi kinerja dari para pemimpin daerahnya, dan ini adalah salah satu faktor pemulus dari keberhasilan sebuah negara untuk membangun dirinya dalam kurun waktu berapapun, termasuk dalam satu periode kepemimpinan seorang presiden.

5 tahun akan terasa maksimal jika presiden berhasil membawa dirinya terlihat meyakinkan bagi publik (dalam dan luar) dalam memimpin negaranya. Tak hanya aktif dengan kunjungan kenegaraannya saja, namun juga kunjungan ke berbagai daerah di negaranya yang memang patut untuk ditinjau hasil pelaksanaan kebijakan dalam upaya mensejahterakan rakyat.

Presiden juga manusia biasa. Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang pasti akan memiliki kekurangan di beberapa sisi. Namun, akan lebih baik jika kekurangan itu bukan soal ketidaktegasan dalam mengambil keputusan yang penting. 

Kalau hanya soal gaya berbicara, penampilan dan lifestyle, itu bukan menjadi soal bagi seorang putra bangsa untuk menjadi pemimpin sebuah negara seperti Indonesia.

Termasuk ketika seorang pemimpin masih memiliki beberapa utang dalam visi-misinya. Karena, siapa yang tahu bahwa pemimpin beserta jajaran pemerintahan dan pengelola negara masih sedang menggodok visi-misi tersebut; antara direalisasikan, ditunda, atau dibatalkan. Semua pasti ada pertimbangannya, dan biasanya rakyat biasa tidak banyak tahu soal itu dan seringkali mudah terprovokasi dengan kabar-kabar yang menyudutkan kekurangan dari orang lain.

Jangankan seorang presiden, tetangga sebelah rumah saja tingkah lakunya bisa diperbincangkan di forum media sosial. Apalagi, ini merupakan seorang presiden yang pasti selalu menjadi sorotan lensa publik di mana pun dan kapan pun dia berada.

Lalu, apakah perlu seorang presiden menjabat masa bakti dua periode?

Ketika kinerja dalam satu periode sudah cukup memuaskan tentu tak memungkiri bahwa dirinya dapat memimpin kembali di periode kedua. Namun, di sini konsekuensinya ada dua. Apakah sistem dan kebijakannya berjalan lebih baik dari periode pertamanya, atau malah lebih buruk/menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun