Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Happy Ramadhan 58: Melanjutkan Pola Konsumsi Ramadhan

28 Maret 2024   13:21 Diperbarui: 28 Maret 2024   13:28 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selama bulan suci ini, umat Muslim menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Namun, di balik aspek spiritual dan keagamaan, Ramadhan juga memberikan peluang bagi umat Muslim untuk mempraktikkan konsumsi berkelanjutan yang dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan kesejahteraan.

Konsumsi berkelanjutan merupakan konsep yang penting dalam konteks ekonomi modern. Hal ini mengacu pada praktik konsumsi yang memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan. Di tengah-tengah tantangan seperti perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi, konsumsi berkelanjutan menjadi semakin relevan dalam menjaga keberlanjutan planet ini.

Selama bulan Ramadhan, terdapat beberapa praktik konsumsi yang dapat diadopsi untuk mendorong berkelanjutan. Salah satunya adalah pengurangan pemborosan makanan. Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari seluruh makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia hilang atau terbuang setiap tahunnya. Selama Ramadhan, praktik puasa membantu umat Muslim untuk lebih sadar akan nilai makanan dan menghargainya dengan tidak memboroskannya. Memperkuat kesadaran ini dapat membawa dampak positif dalam mengurangi pemborosan makanan secara global.

Dari sudut pandang ekonomi, pengurangan pemborosan makanan juga memiliki implikasi yang signifikan. Pemborosan makanan tidak hanya berdampak pada sumber daya alam yang terbuang, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Menurut laporan Bank Dunia, nilai makanan yang terbuang diperkirakan mencapai miliaran dolar setiap tahunnya. Dengan mengurangi pemborosan makanan selama Ramadhan, umat Muslim dapat secara efektif mengelola sumber daya dan mengalokasikannya untuk kegiatan yang lebih produktif, seperti investasi dalam pendidikan dan kesehatan.

Selain itu, Ramadhan juga merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan pola konsumsi yang lebih sederhana dan hemat energi. Dalam konteks ekonomi, pengurangan konsumsi energi dapat membantu mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), permintaan energi cenderung meningkat selama bulan Ramadhan akibat dari peningkatan aktivitas sosial dan ibadah. Namun, dengan kesadaran akan pentingnya berkonsumsi secara berkelanjutan, individu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi yang tidak perlu, seperti mengoptimalkan penggunaan listrik dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Dari perspektif teoritis, konsep eksternalitas negatif dapat digunakan untuk menjelaskan pentingnya mengurangi konsumsi energi selama Ramadhan. Eksternalitas negatif merujuk pada dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi atau konsumsi terhadap pihak ketiga yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam konteks ini, penggunaan berlebihan energi selama Ramadhan dapat menyebabkan polusi udara dan pemanasan global, yang pada gilirannya dapat merugikan masyarakat secara luas. Dengan memperhitungkan eksternalitas negatif ini, individu dapat lebih memperhatikan dampak konsumsi energi mereka dan berupaya untuk menguranginya demi keberlanjutan lingkungan.

Selain pengurangan pemborosan dan penghematan energi, Ramadhan juga memberikan peluang untuk mendorong konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam hal pemilihan produk dan barang konsumsi. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya etika konsumsi, terdapat permintaan yang semakin besar untuk produk yang diproduksi secara etis dan ramah lingkungan. Misalnya, dengan memilih produk-produk lokal yang diproduksi secara bertanggung jawab, individu dapat mendukung perekonomian lokal dan mengurangi jejak karbon dari rantai pasokan global.

Dari perspektif ekonomi, konsumsi produk lokal dapat memicu pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja baru. Teori ekonomi pembangunan menekankan pentingnya pengembangan sektor ekonomi lokal sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan memprioritaskan konsumsi produk lokal selama Ramadhan, umat Muslim dapat secara aktif berpartisipasi dalam upaya untuk memperkuat ekonomi lokal dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Namun, untuk mendorong konsumsi berkelanjutan yang lebih luas selama Ramadhan, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi perusahaan yang menerapkan praktik berkelanjutan dalam produksi mereka, sementara perusahaan dapat berperan dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan mereka. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung konsumsi berkelanjutan dengan membuat pilihan konsumsi yang lebih bijaksana dan memberikan tekanan pada perusahaan dan pemerintah untuk bertindak secara lebih berkelanjutan.

Dalam kesimpulannya, Ramadhan bukan hanya merupakan waktu untuk beribadah dan merenung, tetapi juga merupakan kesempatan bagi umat Muslim untuk mempraktikkan konsumsi berkelanjutan. Dengan mengurangi pemborosan, menghemat energi, dan memilih produk secara bertanggung jawab, umat Muslim dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan kesadaran dan tindakan bersama, Ramadhan dapat menjadi momentum untuk memperkuat komitmen kita terhadap keberlanjutan planet ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun