Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Happy Ramadhan 29: Keseimbangan Konsumsi dan Kesederhanaan dari Bulan Suci

24 Maret 2024   17:52 Diperbarui: 24 Maret 2024   17:54 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dalam setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia memasuki bulan Ramadhan dengan semangat penuh untuk memperdalam koneksi spiritual dan meningkatkan kesadaran akan kebutuhan sesama. 

Namun, di balik ibadah dan puasa, Ramadhan juga mengajarkan sebuah pelajaran ekonomi yang bernilai: keseimbangan antara konsumsi dan kesederhanaan.

Dalam konteks ini, Ramadhan memberikan landasan yang kuat bagi kita untuk merenungkan prinsip-prinsip ekonomi yang mendorong keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan.

Salah satu konsep utama dalam ekonomi adalah konsumsi. Konsumsi, sebagai bagian penting dari aktivitas ekonomi, sering kali menjadi fokus utama dalam masyarakat konsumeris saat ini. Namun, Ramadhan mengajarkan bahwa konsumsi yang berlebihan dapat mengarah pada pemborosan sumber daya dan merusak lingkungan. Sebaliknya, kesederhanaan, yang menjadi inti dari puasa Ramadhan, mengajarkan untuk mengendalikan keinginan konsumsi yang berlebihan.

Dari perspektif ekonomi, fenomena ini mencerminkan konsep utilitas marjinal yang menunjukkan bahwa manfaat tambahan yang diperoleh dari setiap unit barang atau layanan akan menurun seiring dengan peningkatan konsumsi. 

Dalam konteks ini, kesederhanaan Ramadhan mengajarkan kita untuk memperhatikan utilitas marjinal dan membatasi konsumsi pada level yang memberikan manfaat maksimum.

Namun, kesederhanaan bukanlah tentang menolak konsumsi sepenuhnya, tetapi tentang mengarahkan konsumsi kita pada hal-hal yang memberikan nilai sejati. 

Dalam konteks ekonomi, hal ini mencerminkan konsep alokasi sumber daya yang efisien, di mana sumber daya yang terbatas dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendesak dan memberikan manfaat maksimum bagi masyarakat.

Dalam budaya konsumerisme yang semakin mendominasi, Ramadhan menawarkan alternatif yang menyegarkan: mengalihkan fokus dari konsumsi materialistik menuju pencapaian spiritual dan pemberian kepada sesama. Sebagai contoh, praktik zakat yang dianjurkan selama Ramadhan menekankan pentingnya berbagi kekayaan dengan orang-orang yang membutuhkan. 

Dalam konteks ekonomi, zakat dapat dilihat sebagai mekanisme redistribusi yang membantu mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, semangat gotong royong yang kuat selama bulan Ramadhan juga mencerminkan prinsip ekonomi kerjasama dan saling ketergantungan. Dalam ekonomi modern, kerjasama antarindividu dan kelompok sangat penting untuk mencapai tujuan bersama dan memaksimalkan kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun