"Alat seadanya? Apa, tuh?"
"Ya, bisa ember, panci, galon. Pokoknya yang bisa ditabok, lah."
"Termasuk perut bapak gue?"
"Kok, perut bapak lo, Zan?"
"Kan, kata lu yang bisa ditabok. Perut bapak gue, kan, bisa ditabok."
"Ya, nggak perut bapak lo juga kali. Bisa, sih, ditabok. Tapi dia ntar nabok balik. Lu mau abis itu pipi lu memar-memar?"
"Ya, nggak, sih."
"Ya, udah, yuk, ke rumah gue! Kita ambil ember, galon, atau apapun itu yang bisa buat bangunin orang sahur."
Beberapa menit kemudian, mereka sudah siap dengan galon dan panci yang berhasil digasak Aldo dari dapur rumahnya. Tadinya baik galon dan panci itu sama-sama terisi. Di galon ada setengah air. Sementara di panci ada sisa sayur asem yang dimasak emaknya Aldo tadi sore. Tanpa pikir panjang Aldo membuang semuanya. Elzan sempat protes ke Aldo.
"Kok, isinya lu buang semua, Do? Ntar kalo emak lu ngomel gimana?"
"Sans," jawab Aldo, kalem. "Bilang aja dimakan kucing."