"Kok, gitu?"
"Ya, menurut lo? Dengan tampang sangar kek gitu, masa iya dia lagi mau ngasih sedekah?"
"Iya, juga, sih."
"Kalo kek gini cuma satu hal yang bisa kita lakuin, Zan."
"Apa, Do?"
"KABOOOOOR!!!" teriak Aldo, lari, diikuti kemudian oleh Elzan.
Haji Husni reflek berteriak, "WOI! JANGAN LARI LU BERDUA!"
Tak disangka, bapak-bapak berperut setara dengan orok godzila itu mengejar mereka dengan kecepatan yang di luar nalar. Larinya bahkan lebih cepat dari maling ember diudak warga. Aldo dan Elzan berlari dengan asal. Mereka masuk ke dalam gang menghindar dari kejaran Haji Husni yang teramat binal. Langkah membawa mereka ada di pertigaan gang. Tanpa pikir panjang, mereka berlari ke kanan dan tiba akhirnya di sebuah tempat pemakaman umum.
"Berhenti, Zan!" ucap Aldo di tengah-tengah TPU. Ia kelelahan dan langsung merebahkan diri di tanah.
"Kenapa berhenti, Do?" tanya Elzan yang ikut berhenti dan langsung duduk di atas tanah.
"Capek, bego! Lu nggak liat tadi Haji Husni larinya kayak apa? Cepet banget anjir! Dulunya atlet lari kali dia, ya?"