Mohon tunggu...
David Khadafi
David Khadafi Mohon Tunggu... Buruh - Debutan

Melesatlah bersama cinta seperti anak panah menuju sasarannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Dalam Perspektif Psikoanalisis

17 Juli 2019   18:00 Diperbarui: 18 Juli 2019   08:49 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, seperti yang kita ketahui, terdiri dari beragam suku bangsanya, beragam kepercayaan dan agamanya, beragam pula partai politiknya. Tapi, tak sampai di situ. Indonesia juga beragam fenomena kehidupan di dalamnya. Mulai dari korupsi, fanatisme (tokoh, politik, ideologi dan religius) dan sebagainya.

Tak sedikit orang yang menaruh perhatian atas fenomena-fenomena itu, bahkan sering kali dibicarakan di dalam forum-forum diskusi. Penulis sendiri, sering ikut menyimak diskusi-diskusi perihal tersebut. Banyak dari pembicara membahas tentangnya dengan menggunakan beragam perspektif; sosial, politik, budaya dan ekonomi. Tapi bagi penulis, lebih tertarik membahas fenomena ini dari perspektif psikologi lewat psikoanalisis.

Psikoanalisis

Pertama-tama, penulis ingin menjelaskan apa itu psikoanalisis. Psikoanalisis adalah sebuah metode atau cara penelitian terhadap proses-proses psikis (termasuk mimpi) yang sebelumnya tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah dan merupakan teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien-pasien neurosis (gangguan mental yang berakar pada psikologis). Lebih dari itu, psikoanalisis mengungkap bagaimana peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia.

Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang dokter ahli saraf yang bertugas di rumah sakit umum di Wina, ibu kota Austria. Mulanya ia berfokus pada anatomi otak, kemudian perhatiannya bergeser dari neurologi ke psikopatologi. Freud lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, sebuah kota kecil di Moravia, yang pada waktu itu termasuk daerah di kekaisaran Austria-Hongaria, sekarang termasuk daerah Republik Ceko.

Pengaruh Freud tidak hanya dalam bidang psikologi, psikiatri, psikoterapi dan ilmu perilaku umumnya, tetapi mencakup seluruh kultur modern. Bahkan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi dan antropolgi budaya sering memanfaatkan penemuan-penemuannya. Tak terkecuali dalam ilmu filsafat seperti madzhab frankfut di Jerman, Freud juga memainkan peranan besar di dalamnya. Menurut penulis, rasanya demikian mengenai pengaruh Freud dalam berbagai macam ilmu seperti filsafat, misalnya.

Sebab, membaca karya-karya Sigmund Freud seperti membaca karya-karya Sutan Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan nama Tan Malaka­­­­--Bapak Republik Indonesia, khususnya di dalam Magnum Opus Tan Malaka; Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika) dan Gerpolek (Gerilya, Politik dan Ekonomi). Meski begitu, perlu diteliti lebih lanjut apakah Freud juga memberi pengaruh terhadap filsuf asal Indonesia itu.

Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai psikoanalisis! Berbeda dengan psikiater-psikiater pada umumnya, Freud berpandangan bahwa semua gangguan psikis bukan bersifat organis---­berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak---yang pada waktu itu seakan-seakan menjadi dogma dalam kalangan medis; bahwa sebab-musabab gangguan psikis harus bersifat organis. Tetapi, Freud justru berpandangan bahwa hal itu berdasarkan psikologis.

Dalam psikonalasis, Freud menjelaskan, ada tiga struktur atau "instansi" penting dalam hidup psikis manusia, yaitu: Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Ueber Ich). Id adalah lapisan psikis yang paling mendasar (mencakup aspek biologis), di situ terdapat naluri-naluri bawaan dan hukum-hukum logika (khususnya prinsip kontradiksi) tidak berlaku bagi Id.

Singkat kata, Id adalah dorongan-dorongan instingtif dalam diri manusia. Tabiat primitif, yang mendorong manusia bergerak berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), ingin segera memenuhi kebutuhannya. Impulsif dan agresif. Id tidak mengenal waktu (timeless), seperti rasa lapar maupun dorongan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun