Tidur adalah surga, dan tidur tanpa mimpi adalah tersurga
Namun putaran waktu mengajakku ke dapur sebelum tidur
Kuminum secangkir kopi tanpa gula tanpa manis, pahit nian bagai mengunyah pil demam
Rebahan adalah anaknya surga, dan rebahan sambil mencemaskan dunia bukanlah siapa - siapanya surga
Kedua mata terpejam namun laci pikiran terbuka, menghamburkan lembar demi lembar kenangan dan harapan
Hingga aku tak kuat lagi, lalu melebarkan mata bagai kembang yang mekar
Kulirik jarum jam dinding sudah membentuk huruf L, dan pasukan ayam bernyanyi menyambut datangnya embun dan matahari
Di atas tikar lusuh, tubuhku belum hidup namun juga tak mati
Ia menikmati sentuhan kasar alas yang ditindihnya, diselimuti alam sekitar yang bergerak harmonis
Di tengah kesenduan menanti pencerahan tiba, aku bergaung kepada semesta
Harusnya tak begini...
Harusnya tak begini...