Mohon tunggu...
Negative Creep
Negative Creep Mohon Tunggu... Buruh - Introvert
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Aku adalah sekuntum bunga yang tumbuh di hamparan taman bunga. Jadi, mungkin saja tak kelihatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aroma

25 Juni 2019   06:19 Diperbarui: 25 Juni 2019   06:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang datang, di antara angin. Menyusup dari balik dinding. Datanglah diam-diam, sebelum hujan turun. Ribut angin. Suara kita bercampur dengan derit ranting patah. Diam-diam kita pun saling bicara dengan kata yang paling degup---oh, kukirim wangi cengkeh di antara manis tidurmu. "Pulanglah!" Sebentar lagi hujan dan aku tak ingin melihatmu menangis di bawah gerimis.

Selalu kauhempaskan masalalu di dadaku, tapi tak kunjung pecah berkeping. Sedang dada kiriku terus berdegup. Aku takut kemarau menghalau nyaring bunyi daunmu.

Seperti derai daun cengkeh pagi itu dan kita sama-sama masih berpagut gig. Aku pun jadi candu di dalam rasa yang begitu manis. Namun, lagi-lagi, kautawari silau kaca di antara hiruk-pikuk pasar. Memaksa untuk tawar-menawar harga. Aku hanya ingin di sini, termangu, menghirup wangi cengkeh, hingga sampai pagi berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun