Mohon tunggu...
DANI INDRA WICAKSANA
DANI INDRA WICAKSANA Mohon Tunggu... pedagang kopi

saya merupakan mahasiswa kelas karyawan, keseharian saya menjual kopi dan menulis beberapa artikel

Selanjutnya

Tutup

Roman

Langkah di Antara Bayang dan Cahaya

10 Juni 2025   17:29 Diperbarui: 10 Juni 2025   17:29 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Aku adalah pengelana yang meniti hari di atas jarum jam, menggenggam mimpi seperti menggenggam bara dalam genggaman telapak. Kesibukan bukan beban, melainkan bara itu sendiri—panas, menyakitkan, tapi menyala-nyala membawa arah. Setiap detik adalah tetes peluh yang menetes di jalan sunyi, setiap tugas adalah batu yang kupahat menjadi anak tangga menuju langit impian.

Aku tak diam, bukan karena takut tertinggal, tapi karena aku tahu mimpiku tak akan datang jika hanya aku menunggu. Maka aku berlari, meski angin mencambuk wajah dan malam mencuri waktu tidurku. Aku berlari, tidak untuk lari dari kenyataan, tapi untuk mengejarnya—mengubah kemungkinan menjadi kenyataan yang bisa kugenggam.

Namun, di sela-sela itu, ada satu nama yang kerap hadir di tengah sunyiku. Ia, yang hadir seperti gerimis senja di tengah musim kemarau. Tidak deras, tapi cukup untuk membuat hatiku basah. Ia yang kutemui tanpa sengaja, namun menetap dalam ingatan seperti puisi yang tak selesai ditulis. Wajahnya adalah lukisan yang aku tak mampu hapus, bahkan oleh gelombang kesibukan yang menggulungku setiap hari.

Aku mencintainya. Diam-diam. Sederhana. Tapi dalam. Seperti akar pohon tua yang mencengkeram tanah, tak terlihat tapi menghidupi. Tapi aku tak pernah berkata, tak pernah menyentuh ruang yang bisa membuatnya tahu. Bukan karena aku pengecut. Tapi karena aku tahu—hatinya telah bersandar pada bahu orang lain. Dia sudah menemukan pelabuhan, sedang aku masih menjadi kapal yang berlayar di tengah badai.

Kadang aku bertanya pada malam yang dingin, “Apakah aku salah, jika aku mencintainya dalam diam?” Tapi malam hanya tersenyum dengan bintang-bintang yang menggigil, seolah berkata: “Cinta yang diam bukan kesalahan, ia hanya pilihan yang lebih sunyi.”

Aku melihatnya, dari kejauhan, bersama pria yang dicintainya. Ada tawa di wajahnya yang membuat duniaku hening sesaat, seolah waktu menghentikan langkahnya hanya untuk menunjukkan bahwa bahagianya bukan bersamaku. Aku berdiri di balik jendela bayang-bayang, menjadi penonton dalam kisah yang tak pernah menuliskan namaku sebagai tokoh utama.

Tapi aku tak marah. Tak juga menyesal. Karena aku tahu, hati tak bisa dipaksa singgah di tempat yang tak ditakdirkan untuknya. Cinta, bagiku, bukan tentang memiliki. Cinta adalah tentang memberi ruang, meski ruang itu tidak untukku.

Kesibukanku menjadi pelindung sekaligus pelipur. Ia menutup lubang-lubang rindu yang tak tersampaikan. Ia adalah topeng dan obat. Dengan bekerja, aku menyembuhkan diriku sendiri. Dengan berlari menuju impianku, aku menjaga agar hatiku tak tersesat terlalu jauh dalam harapan yang tak bisa tumbuh.

Aku percaya pada waktu. Bahwa setiap luka, sekecil apa pun, punya jadwal untuk sembuh. Dan aku percaya pada takdir, yang menulis kisah manusia dengan tangan yang lebih bijak dari keinginanku sendiri.

Barangkali, suatu hari nanti, aku akan bertemu seseorang yang juga melihat kesibukanku sebagai perjuangan, bukan pelarian. Yang tak hanya melihat aku dari luar, tapi memahami medan pertempuran yang setiap hari kujalani dalam diriku. Dan barangkali, cinta itu akan hadir, bukan sebagai tamu tak diundang, tapi sebagai teman seperjalanan.

Untuk saat ini, aku memilih berjalan. Menyibukkan diri bukan untuk melupakan, tapi untuk menata. Menyibukkan diri bukan agar terlihat hebat, tapi karena aku tahu setiap tetes kerja ini adalah investasi untuk masa depan yang lebih utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun