Mohon tunggu...
Daniel Nugraha
Daniel Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Civil Journalism

Saya Daniel, lahir pada 27 oktober 1997 dan besar di kota Surabaya, Jawa Timur. Bergabung di kompasiana dengan harapan bisa mengasah skill copywriting saya sekaligus berbagi ilmu, saya adalah penggemar berbagai karya seni dan disiplin ilmu pengetahuan karena saya ingin mengetahui lebih dalam akan dunia tempat saya hidup. Saya percaya hidup adalah sebuah pengalaman berpetualang bukan hanya menjalani hidup dalam sebuah sistem bermasyarakat namun sekaligus kesempatan bereksplorasi. Hobi saya antara lain membaca buku dan artikel, mendengarkan musik, menonton film. Semoga apa yang saya tulis bisa menjadi inspirasi dan membuka perspektif baru bagi para pembaca. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

6 Pelajaran Manajemen Keuangan di Masa Pandemi

22 Januari 2021   09:52 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:36 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.forbes.com/

5. Pentingnya Produk Asuransi Jiwa dan Kesehatan

Sumber : https://www.prutexa.com/
Sumber : https://www.prutexa.com/

Sudah beberapa kali saya mendengar cerita akan mahalnya biaya perawatan COVID-19, dan bahkan sebelum pandemi kita semua sadar bahwa biaya kesehatan standar sekalipun sangat mahal tidak terkecuali obat-obat farmasi. Bedasarkan riset Lifepal, tingkat inflasi biaya kesehatan dan kenaikan gaji bersih pekerja di Indonesia tidak sebanding dengan biaya medis yang per tahunnya meningkat sebesar 10 -11 % sedangkan kenaikan gaji hanya sekitar 3% saja pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah seberapa sehat dan yakin kita bahwa di masa depan kita akan terus memiliki kesehatan jasmani yang baik, oleh karena itu penting disadari bahwa asuransi adalah upaya mencicil untuk biaya antisipasi dan sebagai bentuk minimalisir resiko.

Tentu kita tidak ingin penyakit serius menghantam tubuh kita tetapi pesan moral di masa pandemi adalah kesehatan adalah aset terpenting, tidak hanya kesehatan memungkinkan produktifitas yang maksimal, tetapi mencegah biaya besar yang bisa trjadi dan
karena itulah juga keputusan membeli program asuransi ini harus benar-benar di pertimbangkan.
Jika kita jujur pada diri sendiri bisa jadi kita secara ekonomi rentan terhadap kemiskinan akibat sakit penyakit yang sebenarnya bisa dihindari dengan gaya hidup sehat dan asuransi.

6. Menghindari Hutang yang Tidak Produktif atau Hindari Pemakaian Hutang untuk Tujuan Konsumtif

Sumber : https://theintercept.com/
Sumber : https://theintercept.com/

Pandemi Covid-19 memang musibah yang mana tidak ada yang tau akan terjadi sebelumnya, namun kita tahu banyak orang yang mengalami kesulitan membayar kredit motor, pinjaman, dan sebagainya, sedangkan kedaan perekonomian begitu suram, walau dengan segala kemudahan yang ada diberikan pemerintah tetap saja terjebak dalam cicilan hutang adalah malapetaka yang membuat orang pusing.
Agar mencegah hal serupa terjadi pada kita di masa depan maka ada baiknya kita mengubah perilaku dan sikap kita dalam berhutang, dan tidak baik bagi kita untuk menjadi trauma terhadap hutang.


Pengusaha biasanya memanfaatkan hutang untuk tujuan leverage atau mengungkit modal usaha untuk tujuan investasi / perputaran modal yang dapat menghasilkan return lebih lagi tanpa mengeluarkan modal pribadi, artinya tidak semua hutang adalah buruk semua bergantung pada bagaimana dan apa tujuan kita berhutang. Kita bisa berpikir hutang seperti investasi, kita sebaiknya bertanya-tanya

a) Apa tujuan saya berhutang ? dan bagaimana saya mempergunakan hutang saya?
b) Berapakah jumlah hutang yang saya butuhkan?
c) Bagaimana perjanjian hutang anda dengan peminjam hutang ? anda harus memperhatikan skema pembayaran hutang tersebut dan jenis bunga yang ditetapkan apakah bunga pinjaman menggunakan bunga tunggal atau majemuk atau anuitas?
c) Berapakah besaran bunga pinjaman anda ?
d) Berapakah lama hutang tersebut harus dan bisa saya bayar?
e) Berapakah return potensial dan risk saya tidak bisa membayar hutang tersebut?
f ) Apa jaminan dan konsekuensi yang akan saya dapat jika tidak mampu membayar hutang?
g) Bagaimana evaluasi risk to reward  dari berhutang tersebut, apakah hutang tersebut layak?

Dengan berusaha menjawab pertanyaan diatas maka kita otomatis melakukan analisis yang rasional dalam mengambil keputusan berhutang.

Selain kita memiliki gambaran untuk apakah hutang akan di gunakan, pertama kita harus memperhitungkan berapa jumlah ideal hutang yang ingin kita mau artinya tidak berlebih karena jika berlebih maka bunga pinjaman juga menjadi besar secara nominal sehingga berpotensi menjadi biaya yang tidak diperlukan agar kita dapat memaksimalkan pemakaian hutang seperlunya.
Kita juga harus mempertimbangkan dimensi kemampuan kita untuk membayar kembali hutang tersebut beserta potensial return-nya,
salah satu cara yaitu kita bisa menilainya dari bagaimana kita mengelolah modal kita selama ini,
Sebenarnya banyak cara menghitung kemampuan anda membayar hutang, misalnya anda bisa saja membandingkan debt-to-equity ratio (total liabilitas (hutang jangka pendek dan panjang) / total ekuitas atau modal), anda juga bisa membandingkan debt-to-EBITDA ratio dengan membagi besaran liabilitas dengan pendapatan sebelum kewajiban dan pajak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun